Anak Suka Mengancam Teman? Lakukan Hal Ini untuk Menghentikan Kebiasaan Buruknya!

Avatar of PortalMadura.Com
Anak Suka Mengancam Teman? Lakukan Hal Ini untuk Menghentikan Kebiasaan Buruknya!

PortalMadura.Com – Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap . Orang tua juga memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya agar anak bisa tumbuh menjadi manusia yang baik.

Namun tidak sedikit kasus di mana anak tumbuh menjadi pribadi yang suka . Untuk itu Anda sebagai orang tua harus memperbaiki sikap tersebut salah satunya dengan cara di bawah ini.

Orang tua harus melihat dulu apa penyebabnya

Benarkah si kecil meniru Anda atau meniru orang di sekitarnya? Bila Anda menjadi ‘biang keladinya', Anda harus refleksi diri dan segera memperbaikinya.

Yang pasti, menurut Nessi Purnomo, Psi., MSi, psikolog dari Personal Growth, Anda harus lebih jujur dan menyampaikan kondisi Anda yang sebenarnya. Misalnya, Anda capek sepulang dari kantor. Katakan kondisi tersebut dan buat kesepakatan baru. Anda berjanji akan mengajaknya bermain di akhir pekan. Jangan lupa, Anda harus selalu menepatinya sebab hal ini berkaitan dengan integritas Anda sebagai orang tua. Kalau tidak ditepati, si kecil akan kecewa dan tidak percaya lagi.

Memperbaiki bahasa

Sikapi perilaku mengancam anak dengan bijaksana tanpa perlu marah. Cobalah perbaiki sikap terhadap anak selama ini. Jika memang orangtua sering main ancam apalagi kepada anak, maka orangtualah yang perlu mengubah dirinya terlebih dulu. Berilah anak contoh dan teladan yang baik. Mulai hal sederhana seperti tidak bicara kasar, bersikap sopan terhadap seluruh anggota keluarga dan juga pembantu rumah tangga, serta menegakkan aturan yang dipatuhi bersama.

Menyeleksi tontonan anak

Jangan sampai anak meniru perilaku negatif  dari tontonan yang tidak terseleksi. Pilihlah tayangan yang diperuntukkan bagi anak dan mendidik. Dampingi ketika anak menonton, sehingga fokus jatuh pada  hal-hal yang positif.

Menjalin komunikasi efektif

Jalin selalu komunikasi yang baik dengan anak. Dalam keseharian, ajarkan perilaku baik yang dapat diterima orang lain. Berikan sugesti atau afirmasi positif untuk memotivasi anak. Misalnya, katakan bahwa ia adalah anak yang baik karena mau sabar menanti giliran bermain, berkata baik, cuci tangan, menghabiskan makanan, dan sebagainya. Kalau anak kesal pada temannya, ajarkan untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata yang baik tanpa harus main ancam. Komunikasi efektif dapat dibangun dengan menggugah empati anak bila seandainya ia berada pada posisi anak yang diancam. “Bagaimana perasaan Kakak, kalau diancam seperti itu? Tidak senang, kan? Begitu juga teman yang kau ancam”.

Mengabaikan ancaman anak

Cara lain lagi untuk menutup kebiasaan main ancam adalah pengabaian (ignorance) terhadap perilaku tersebut. Menasihati anak di usia ini akan percuma. Ia tidak akan mendengarkan dan mamatuhinya. Apalagi sebagian tujuan mengancam adalah menarik perhatian orangtua. Oleh sebab itu, untuk anak usia ini, pengabaian justru lebih efektif daripada sederet nasihat. Karena diabaikan, anak merasa tidak berhasil memancing perhatian orangtua melalui ancamannya.

Dengan begitu ia akan mencari cara lain. Nah, agar anak menempuh cara-cara yang positif, fokuskan perhatian orangtua pada perilaku positifnya. Berikan tanggapan dan pujian setiap kali anak melakukan hal terpuji.  Biasanya dengan mengabaikan ancaman akhirnya si prasekolah belajar bahwa ternyata lingkungan pun tak memerhatikan ancamannya. Makin lama perilakunya akan berkurang karena tidak mendapatkan penguatan. Anak pun akan belajar memahami bahwa dirinya tak perlu main ancam seperti itu.

Memberikan reward dan punishment

Untuk si prasekolah yang usianya lebih besar, orangtua dapat menerapkan sistem reward and punishment dalam menerapkan disiplin. Bila dalam satu hari anak bersikap baik, ia berhak atas satu stiker yang bisa ditempel pada lembar evaluasi perilaku. Hukuman time out atau duduk terpisah dari area nyamannya dapat diberlakukan apabila ia ketahuan mengancam orang lain. Lamanya waktu disesuaikan dengan kemampuan anak.

Misalnya, untuk anak 4 tahun, maka time out-nya sekitar 4 menit.  Atau anak tidak dibolehkan melakukan kesenangannya sehari-hari, apakah itu main sepeda, menonton teve, atau main ke rumah teman. Sebaliknya, bila dalam satu hari ia bersikap seperti yang diharapkan, ia boleh mendapat stiker untuk ditempel di papan/lembar disiplinnya atau koin koleksi. Setelah dikumpulkan, misalnya setiap 5 koin, anak dapat menukarnya dengan kesenangan dan kenyamanan yang disukainya. (tabloid-nakita.com/choir)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.