PortalMadura.Com, Pamekasan – Peringatan hari tani nasional yang jatuh setiap tanggal 24 September belum memberikan dampak positif kepada petani di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, terutama kepada petani bayam.
Dalam beberapa hari terakhir, stok bayam di pasaran sangat melimpah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Akhirnya, penjualan pun di bawah standart jika dibandingkan dengan har-hari sebelumnya.
“Kalau sebelumnya, penjualan bayam ini cepat, tidak seperti sekarang. Karena saat ini stok di tingkat petani banyak sekali,” kata Moh. Rawi (56) salah satu petani di Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Sabtu (24/9/2016).
Petani yang menjadi pemasok kepada pedagang di pasar 17 Agustus Bugih Pamekasan itu menjelaskan, dirinya mematok harga setiap seikat bayam Rp. 1.000, harga tersebut sama dengan hari-hari sebelumnya, namun daya penjualannya sangat menurun.
“Kalau hari biasanya, saya pulang dari sini (pasar 17 Agustus) sekitar pukul 06.30 WIB hingga pukul 07.00 WIB, tetapi sekarang paling cepat sampai pukul 08.00 WIB, karena tidak laku,” terangnya.
Pria beranak satu tersebut melanjutkan, dirinya berangkat menjajakan bayam jualannya di pasar 17 Agustus mulai pukul 04.30 WIB atau setelah solat subuh. Bayam hasil panennya dijual kepada pengecer atau penjual lauk pauk yang dijajakan menggunakan sepeda motor ke rumah-rumah penduduk.
“Karena sekarang, pedagang sudah banyak pilihan, jadi mereka bisa memilih seenaknya karena stoknya memang banyak. Kalau stok sedikit itu langsung dibeli, tidak banyak omong,” tandasnya.
Menurut Rawi, resiko menjual bayam memang sangat tinggi, karena harus laku dalam satu kali panen. Jika tidak, maka bayam yang telah dipanen tersebut akan membusuk.
“Makanya, meskipun sampai siang tidak laku, tetap saya nunggu pembeli. Kalau dibawa pulang, tidak bisa dijual lagi besoknya,” tutup dia. (Marzukiy/choir)