Kemenristekdikti RI, Perkenalkan Teknologi Kawin Suntik pada Sapi di Sumenep

Avatar of PortalMadura.Com
Kemenristekdikti RI, Perkenalkan Teknologi Kawin Suntik pada Sapi di Sumenep
Sapi Ternak

PortalMadura.Com, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (), H. Muhammad Nasir, memperkenalkan teknologi (IB) pada peternak hewan sapi peliharaan di Sumenep, Madura, Jawa Timur, Kamis (27/10/2016).

“Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma) yang telah dicairkan dan telah diproses,” terangnya di Sumenep.

Sperma itu berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut (insemination gun).

Menurutnya, tujuan Inseminasi Buatan (IB) yakni untuk memperbaiki mutu genetika ternak, tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan, sehingga mengurangi biaya.

Selain itu,  upaya mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama, serta meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur, sekaligus mencegah penularan penyakit kelamin.

“Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) ini salah satunya dapat menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding),” ujarnya.

Dikatakan, dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama, semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati.

Sumenep dinilai memiliki potensi ternak sapi sangat tinggi. Dengan adanya alat teknologi tersebut dapat membantu pemerintah Sumenep dalam membangun peternakan. “Alat ini sangat membantu bagi para peternak sapi di Sumenep,” ucapnya.

Sementara, Bupati Sumenep A. Busyro Karim, menjelaskan bahwa Sumenep memang peternak sapi terbesar se dunia yaitu 40 ribu ekor sapi.

“Itu didaerah Pulau Sepudi, namun dengan banyaknya jumlah ekor sapi sehingga membuat Sumenep kekurangan petugas atau tenaga (Inseminator), yang ada saat ini hanya 8 orang petugas, satu ditempatkan di pulau, 7 didaratan. Seharusnya, standatnya perkacamatan itu minimal 5 petugas,” katanya. (Bahri/har)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.