Mengenal Tiga Tradisi Tellasan (Lebaran) Warga Madura

Avatar of PortalMadura.Com
Mengenal Tiga Tradisi Tellasan (Lebaran) Warga Madura
Satu keluarga asal Desa Juruan Daya, Batuputih, Sumenep, Merayakan Lebaran (Foto Sahnida)

PortalMadura.Com – Tradisi atau warga menyebutnya merupakan momen yang sangat sakral. Dalam setahun, ada tiga Tellasan yang dirayakan oleh warga Madura.

Setiap lebaran berbeda pula penyebutannya. Kalimat- Lebaran Idul Fitri- yang sedang dirayakan justru kurang memasyarakat. Warga Madura menyebutnya Tellasan Rama (Lebaran pertama), ada juga yang menyebut Tellasan Agung.

Bahkan, warga pedesaan menyebut, Tellasan Petra (Lebaran Zakat Fitra). Dalam merayakan Tellasan setelah puasa Ramadan tersebut tidak hanya saling kunjung untuk minta maaf memaafkan.

Warga muslim Madura justru mempunyai tradisi unik berupa “” pada tetangga sekitar dan sanak famili. Ter ater adalah saling kunjung sambil membawa masakan yang dibuat untuk hidangan pada perayaan Tellasan.

Meski jenis masakannya nyaris sama, semisal nasi putih, ayam kua santan atau pun kue lainnya, mereka tetap melakukannya.

Uniknya, orang yang diberi juga memberikan makanan yang ia masak. Tradisi ini yang membuat warga perantauan yang tidak bisa mudik (Toron) harus menangis. Karena tidak hanya memandang pada makanan yang dibawa (Ter ater), melaikan silaturrahmi dan maaf memaafkan.

Bagi masyarakat modern, Ter ater mungkin tidak akan mempunyai nilai berarti. Ribet dan malu bisa saja menjadi alasan. Namun, bagi warga Madura mempunyai makna dan nilai yang sangat tinggi.

Kebersamaan, sifat sosial, kekeluargaan dan saling mengenalkan keluarga baru, tercipta dan terbangun dalam suasana tersebut.

Tradisi Ter ater sudah dimulai sejak hitungan ganjil puasa Ramadan pada 10 hari terakhir yang disebut Mamaleman. Pada hitungan ganjil itu, berbeda pula masakan yang dibuat mereka.

Ada yang masak nasi, ikan ayam kampung dan kua santan. Ada juga yang memasak ketan. Dua jenis masakan itu, menjadi ciri khas masakan mereka.

Lebaran kedua adalah Tellasan Topa' (lebaran ketupat) atau hari ke 7 setelah lebaran Idul Fitri. Ada yang menyebut juga Tellasan Petto' (Lebaran hari ke 7).

Mereka yang melaksanakan puasa Syawal 7 hari (Puasa Sunnah) dipungkasi dengan menyajikan ketupat. Hampir seluruh warga muslim Madura membuat ketupat.

Momen ini, dalam perkembangannya dijadikan kesempatan oleh pemerintah daerah untuk mempromosikam lokasi wisata. Hiburan dan berbagai event digelar. Kaula muda mudi tumplek di lokasi wisata.

Yang tidak kalah sakralnya adalah Tellasan Reyaja atau Tellasan Ajji (Lebaran Idul Adha). Warga muslim tetap melakukan silaturrahmi dan tradisi Ter ater meski tidak seramai dua Tellasan sebelumnya.

Warga Madura diperantauan juga tidak pulang (Toron) seperti Tellasan Rama. Namun, tidak mengurangi tali silaturrahmi. Komunikasi pada era digital saat ini intens dilakukan.(Hartono)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.