Nilai Jual Madura Untuk Gapai Jadi Provinsi

Avatar of PortalMadura.Com
Nilai Jual Madura Untuk Gapai Jadi Provinsi
Yuriadi (Dosen Psikologi Sosial)

PortalMadura.Com untuk menjadi provinsi, sebenarnya hampir sama dengan daerah lain yang memiliki budaya, SDA dan SDM. Nilai jual ini yang akan menjadi modal dalam setiap proses perjalanan kepemerintahan.

Nilai jual tergantung kepada promosi apa yang dimiliki untuk dikenal orang lain dalam sisi yang baik bukan yang sebaliknya. Kalau dari dulu hingga saat ini masih ada orang yang memberikan persepsi kurang baik terhadap orang Madura dalam perilaku maupun dalam pengolahan daerahnya.

Sekarang dan selanjutnya harus dapat membuktikan kepada khalayak umum bahwa Madura tidak seburuk, seperti apa yang mereka persepsikan selama ini dengan kinerja produktif yang kita miliki.

Meskipun sebenarnya masyarakat luar memandang sesuatu dari apa yang mereka lihat dan dengar dari media maupun langsung dari lapangan. Orang luar sering mendengar informasi yang tidak mengenakan tentang Madura yang memiliki konotasi kekerasan dan kekejaman serta sikapnya yang egois atau mau menang sendiri.

Anggapan orang luar tidak perlu membuat kita sakit hati dan sedih, dendam atau acuh dengan asumsi itu semua. Hal yang perlu dilakukan masyarakat Madura adalah menciptakan iklim yang damai, nyaman dan aman dalam segala lini kehidupan.

Kita mulai dari hal itu yang tidak memerlukan modal yang banyak. Modal iklim sehat akan mendorong percepatan pembangunan fisik berupa bangunan infrastruktur berjalan sesuai irama kemajuan dan tuntutan modernisasi keadaan.

Di samping itu, jauh lebih penting lagi pembangunan mental untuk menciptakan generasi sehat dan mandiri. Apabilai generasi sehat sudah mengakar dalam bumi Madura, maka mimpi untuk menciptakan Madura provinsi akan ada di depan mata.

Hari ini kita harus memulai dengan melibatkan semua elemen masyarakat dengan menciptakan keadaan damai, nyaman dan aman untuk menciptakan gairah iklim kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas, fokus pada prestasi dan menciptakan kemandirian.

Supaya semua tempat yang potensial sebagai nilai jual Madura dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan pemerintahan sebagai identitas dan kekayaan Madura sebagai nilai jual kepada daerah yang lain, seperti  tempat pariwisata religius yang begitu banyak tersebar di setiap daerah di Madura, keindahan pantai, gas, budaya kerapan sapi, sapi sonok, rokat laut dan wisata kuliner serta pendidikan pesantren yang dapat mereka jual sebenarnya.

Semua itu akan menjadi nilai jual yang luar biasa tatkala pemerintahan dan masyarakat bahu-membahu turun ke lapangan melihat bersama kekurangan dan memperbaiki masalah yang ada.

Bukan malah sebaliknya menciptakan keadaan yang carut marut, karena mengedepankan kepentingan perorangan dan segelintir kelompok kecil yang dapat menggilas kepentingan masyarakat untuk meraih kesejahteraan dan ketentraman.

Kalau kita lihat bersama-sama bahwa Madura basis pesantren yang tentunya banyak ulama yang secara sadar tahu bagaimana cara membedakan yang baik dan benar, tapi kiprahnya terasa belum maksimal.

Meskipun kita tidak dapat menyalahkan siapapun dan anggota manapun, karena kalau mempertanyakan tentang kesalahan yang bersalah adalah orang Madura keseluruhan, sebab mereka semua membiarkan Madura masih terombang-ambing oleh keadaan yang tidak menentu.

Tapi kalau berbicara tentang kesuksesan pada suatu sisi tidak dapat di klaim oleh satu pihak saja, karena semua kalangan yang ada di Madura maupun orang Madura yang ada di luar Madura memiliki jasa terhadap eksistensi Madura mulai dari dulu hingga saat ini.

Ada sebagian perilaku orang Madura yang perlu untuk diperbaiki bersama-sama dalam membaca fenomena sosial yang ada, contohnya adalah para tokoh yang mengatas namakan dirinya dari kalangan pejabat, kiyai, penguasa dan pendidik masih melihat persoalan dari kursi dan meja mereka masing-masing.

Mereka jarang terjun langsung ke lapangan untuk mencari tahu yang sebenarnya yang terjadi di lapangan itu seperti apa sih? Apakah benar keadaan yang terjadi di lapangan seperti yang tertulis dalam laporan? Ataukah malah berbanding terbalik, artinya dilaporanya sudah baik, tapi faktanya tidak demikian.

Hal yang seperti ini sebenarnya para pemangku kekuasaan baik dalam pemerintahan ataupun yang ada dalam masyarakat tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Meskipun permasalah seperti ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Madura, tapi bisa saja se Indonesia raya.

Sekarang sudah saatnya para pengendali kekuasaan yang ada di Madura untuk bekerjasama melihat semua keadaan, agar tidak terjadi ketimpangan, seperti kalimat yang sudah populer masyarakat katakan yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.

Kalau merenung sejenak tidak ada satupun individu yang menghendaki kehidupannya melarat dan begitu juga sebaliknya tidak ada seseorang yang tidak menginginkan kebahagiaan, pasti semua orang memiliki hasrat yang sama.

Manusia normal pasti memiliki pemikiran dan perasaan yang seperti itu. Namun keadaan yang memaksa sebagian atau mayoritas manusia tidak mendapatkan kebahagian seperti harapan yang mereka emban.(*).

Penulis : Yuriadi (Dosen Psikologi Sosial Universitas Trunojoyo Madura)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.