PortalMadura.Com, Sumenep – Ketua Yayasan PPLP PGRI Sumenep, Madura, Jawa Timur, Nurul Hamzah mengatakan, hingga saat ini pemerintah setempat tidak pernah melakukan komunikasi dengan pihak SMA PGRI setempat. Terkait rencana penggusuran bangunan SMA PGRI karena menjadi obstacle terhadap aktifitas penerbangan di bandara Trunojoyo tersebut.
“Kami sifatnya menunggu. Sampai saat ini tidak ada yang menghubungi kami, meski sekedar membicarakan upaya pemindahan bangunan,” kata ketua Yayasan PPLP PGRI Sumenep, Nurul Hamzah, Selasa (12/4/2016).
Menurutnya, kalau memang ada komunikasi dari pemkab, pihaknya pasti mengkonsultasikan dulu ke PPLP PGRI Jawa Timur sebelum mengambil keputusan.
“Tidak kemudian pemkab asal gusur tanpa membangun komunikasi yang baik sebelumnya,” ujarnya.
Ia meminta, pemkab boleh melakukan peningkatan pembangunan, tapi jangan sampai membunuh bangunan-bangunan yang lain, apalgi bangunan yang berkenaan dengan pendidikan.
“Perlu duduk satu meja dulu, jangan kemudian melakukan pembangunan tapi harus menghancurkan bangunan lain,” tegasnya.
Ia meminta, Pemkab dalam hal ini Dinas Perhubungan jangan hanya berwacana untuk melakukan pengembangan Bandara dan akan menggusur bangunan SMA PGRI Sumenep. Tapi harus ada tindak lanjut yang serius, selain secara administrasi formal, juga terkait dengan etika hubungan antar kelembagaan.
“Ini kan persoalan etika juga. Kalau sampai sekarang ini belum ada pembicaraan, sementara tahun depan bandara sudah harus beroperasi. Kami bukan tidak menerima dipindah, tapi kan ini menyangkut pendidikan yang tidak boleh ada jedah. Artinya sebelum dipindah, harus sudah ada tempat pemindahan yang bisa dimanfaatkan,” imbuhnya.
Sebelumnya, Dinas Perhubungan setempat telah menunjuk dinas pendidikan sebagai tim pemindahan bangunan SMA PGRI.
“Nanti dinas pendidikan yang menyiapkan lokasinya, karena disdik bagian dari tim upaya relokasi bangunan SMA PGRI itu,” ucap kepala Dinas Perhubungan Pemkab Sumenep, Moh Fadillah. (arifin/choir)
DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI
