Resensi Buku – Bermakna Engkaulah Madura

Avatar of PortalMadura.Com
Resensi Buku - Bermakna Engkaulah Madura

Ngala' sèrè èsa-pèsa
Èsarènga ghan sakonè'
Kanèserrè orèng towa
Sè mèyara kabit ghi' kènè'

Sarkajâna èbungkana
Nyalaghâ'â ka sabâna
Sè rajâ'â pangabbhruna
Dâ' ka bhâlâ tatangghâna

Noro' pato dhâbu kona
Polong bi'rèng ngobbhar dhupa
Lomèlo ro'oma dhupa
Dhâddhi beccè' bekkasanna

PortalMadura.Com – Dari pantun Madura di atas dapat kita pahami bahwa Madura memiliki kearifan lokal, jati diri dan yang sangat khas dan dapat di terapkan dikehidupan sehari-hari bagi orang-orang Madura.

Tidak hanya itu kebudayaan Madura sangatlah lekat terhadap orang-orang Madura itu sendiri, seperti halnya tatabahasa Madura sudah diatur sedemikian rupa membuat orang-orang Madura asli tetap menjaga perilakunya yang sopan santun dan berakhlak yang tinggi.

Jati diri orang Madura sangatlah erat kaitanya dengan budaya lokal yang ada di Madura itu sendiri dan tak lepas kaitanya dengan kearifan lokal yang ada di Madura, budaya lokal Madura sangat erat kaitanya dengan harga diri orang Madura.

Perilaku-perilaku orang Madura atau norma-norma orang Madura bersumber dari leluhur yang tetap di jaga kearifanya, seperti yang digambarkan di dalam pribahasa Madura “potè mata bhângo'an potè tolang” pribahasa tersebut menggambarkan jati diri orang Madura agar tidak memiliki sifat gegabah dalam bertindak karena sifat orang Madura yang di gambarkan dalam pribahasa tersebut orang Madura tidak ingin dipermalukan dalam masalah apapun sehingga menimbulkan carok. Dari pribahasa tersebut memiliki harapan agar tetep tercipta budaya damai dan tentram.

Tidak hanya pribahasa itu yang menggambarkan sifat atau jati diri orang Madura. Seperti pribahasa “Lako beccè' ghutong rojhung lako jhubâ' obbhâr obhung” dalam pribahasa tersebut di gambarkan bahwa orang Madura yang suka tolong menolong (ghutong rojhung) dalam hal kebaikan dan menjauhi kelakuan yang buruk (lako jhubâ') sehingga masayarakat Madura yang ada tetap menjaga perilakunya dengan siapapun itu dan di wariskan kepada generasinya agar menjadi generasi yang lebih baik.

Masyarakat Madura sangat terkenal dengan tata karma yang sangat baik dibuktikan dengan bahasa yang digunakannya mengikuti undakan bahasa yang terbagi atas ènja'iyâ (digunakan yang lebih tua ke yang lebih muda), ènggi enten (digunaka suami kepada istri, orang yang lebih tua kepada yang lebih muda dalam keluarga), èngghi bhunten(bhsâ alos/tèngghi).(digunakan para keturunan ke pada leluhurnya, istri kepada suami, kepada sesama yang saling menghormati dalam masyarakat).

Selain tatak krama orang Madura yang sangat baik. Masyarakat Madura terkenal dengan agama Islam yang fanatik dibuktikan banyaknya pondok pesantren yang ada di Madura dan dibuktikan dengan kidung bahasa Madura yang digunakan sebagai panutan dan di ajarkan kepada generasi sehingga menjadi budaya yaitu, “Maddhâ tèdung ana'na embu, bhântal syahadhât, sapo' iman, pajung Allah Sanḍhing Nabbhi”.

Dari lirik kidung diatas kita bisa tau bahwa setiap anak Madura mau tidur diharuskan membaca kalimat syahadat dengan selimat iman dengan Allah akan selalu melindunginya dan terus ingat bimbingan nabi Muhammad SAW.

Dari situ kita dapat menilai bahwa dari kecil kita sudah dinyanyikan kidung-kidung bernuansa Islami dan diajarkan tentang Islam dari kecil.

Selain agama yang diajarkann dari kecil oleh orang Madura yaitu saling menghormati seperti yang ada di falsafah ini “Bhuppa'bhâbhu' ghuru, rato”. Falsafah ini yang terus di ajarkan orang tua kepada anaknya agar bisa menghormati antar sesama.

Bhuppa'bhâbhu' (dua orang tua kita) sebgai orang tua kita kita harus menghormati mereka dari sejak lahir sampai kita dewasa yang mengajarkan kita banyak hal tentang cara bersikap dan segala hal. Ghuru (guru, kiai) guru adalah tokoh yang dipercaya untuk mendidik anak-anak Madura setelah mereka mendapat pendidikan dari keluarga.

Guru adalah orang yang mengajar kita di sekolah umum sedangkan kiai adalah guru atau ustadz yang mengajarkan kita bermasyarakat, salat berjemaah dan mengaji.

Rato (pemerintah) sebagai warga Negara yang baik sebagai orang Madura yang menghormati kita harus patuh kepada peraturan hukum yang berlaku di Negara kita yang di tetapkan pemerintah.

Agar tercipta kerukunan di setiap masyarakat Madura, masyarakat Madura dari dulu telah mengatur tata letak rumah atau pemukiman orang Madura yang bisa kita kenal dengan tanèyan lanjhâng.

Tanèyan lanjhâng adalah konsep pemukiman orang Madura yang berjejer dari timur kebarat di sebelah utara menghadap selatan. Rumah pertama adalah rumah induk yang di sebut tongghuh, sebelah timur rumah induk rumah anak perempuan pertama dan seterusnya.

Di depan rumah utama terdapat tempat peristirahatan yang dinamakan khobung, khobung terletak di ujung utara bangunan rumah dan dapur, setalah khobung terdapat paddhâsân tempat menyimpan air wudhu' dan didekatnya ada kamar mandi. Tanèyan lanjhâng sekarang ini banyak berubah dari bentuk aslinya.

Setalah orang dan budaya orang Madura saya akan membahas teantang kearifan lokal yang ada di Madura. Kearifan berasal dari kata dasar arif yang artinya bertujuan membina akhlak dan budi pekerti, dalam sastra Madura lama biasa disebut bidal yaitu kalimat-kalimat singkat yang berbentuk sindiran, pepatah, dan kata-kata bijak seperti saloka yang mengandung petuah.

Bidal tersebut bersumber dari Al-Quran dan pengalaman. Lokal atau muatan lokal (mulok) yaitu pemberian pembelajaran tambahan tentang kepentingan daerah atau lokal diluar kurikulum yang ada. Kearifan lokal cenderung mengarah kepada pembinaan budi-pekerti yang ada di Madura.

Kelebihan sangat bagus mengungkap budaya dan memahami jati diri orang Madura melalui pribahasa Madura atau melalui kearifan lokal yang ada, sehingga pembaca tambah yakin tentang petuah para leluhur tentang jati diri dan budaya Madura itu sendiri. Kekurangan terlalu banyak sub-bab, mungkin jika di rampungkan seperti halnya jati diri di fokuskan pada jati diri jangan loncat-loncat.(har)

Judul Buku :  Memahami Jati Diri, Budaya,
Penulis : A. Sulaiman Sadik
Penerbit : Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : viii, 108 Halaman
ISBN : 978-602-8334-38-9

Pamekasan, 25 Agustus 2015
Peresensi : Moh Edi Kurniawan (YourB)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.