Bolehkah ‘Kabur’ dari Barisan Salat Berjamaah Saat Imam Baca Surat Panjang ? Ini Pembahasannya

Avatar of PortalMadura.Com
shaf saat salat
ilustrasi

PortalMadura.Com – Salat berjamaah punya keutamaan yang lebih dibanding salat munfarid atau salat sendirian. Muslim, terutama ikhwan, bahkan dianjurkan untuk melaksanakan salat di masjid dengan cara berjamaah.

Kendati pahalanya berlipat, hingga 27 derajat, tetap saja tak semua orang mau menjalankannya. Apalagi, jika sudah dikaitkan dengan waktu dan banyaknya pekerjaan yang menunggu. Salat berjamaah pun kadang terabaikan.

Jika menilik ke masa bulan Ramadhan, saat salat jamaah tarawih gencar dilaksanakan, tak jarang orang-orang memilih-milih. Biasanya imam yang bacaannya cepat menjadi favorit jamaah. Nah, bagaimana dengan salat fardhu berjamaah? Apakah boleh meninggalkan imam yang bacaannya panjang karena ingin menyelesaikan salat dengan cepat?

Jika ditilik dari riwayat, Imam Al-Bukhari menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah memperingatkan Muadz bin Jabal karena terlalu panjang membaca Al-Qur’an.

“Telah menceritakan kepada kami (Amr bin Dinar) Jabir bin Abdullah bahwa Mu’adz bin Jabal RA pernah salat (di belakang) Rasulullah SAW, kemudian dia kembali ke kaumnya untuk mengimami salat bersama mereka dengan membaca surat Al-Baqarah, Jabir melanjutkan, ‘Maka seorang laki-laki pun keluar (dari shaf) lalu ia salat dengan salat yang agak ringan, ternyata hal itu sampai kepada Mu’adz, ia pun berkata, ‘Sesungguhnya dia adalah seorang munafik.’ Ketika ucapan Mu’adz sampai ke laki-laki tersebut, laki-laki itu langsung mendatangi Nabi SAW sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum yang memiliki pekerjaan untuk menyiram ladang, sementara semalam Mu’adz shalat mengimami kami dengan membaca surat Al-Baqarah, hingga saya keluar dari shaf, lalu dia mengiraku seorang munafik.’ Nabi SAW bersabda, “Wahai Mu’adz, apakah kamu hendak membuat fitnah?’ Beliau mengucapkannya tiga kali. ‘Bacalah Was syamsi wadhuāhā dan wasabbihisma rabbikal a’la atau yang serupa dengannya,” (Sahih Bukhari, Kairo, Daru Thauqin Najah: 1422 H, juz VIII, halaman 26).

Salah satu ijtihad Imam Al-Bukhari dalam hadits tersebut adalah memperbolehkan makmum untuk keluar dari jamaah ketika imam membaca surat yang terlalu panjang. Imam Al-Bukhari memberikan tarjamatul bab (nama bab) dari hadits tersebut dengan Bab “man sakā amamahu idza tūla” (Bab seseorang yang mengadukan imamnya karena bacaan panjang). Selain itu, Imam Bukhari juga memasukkan hadits tersebut dalam bab “Man Lam yarā ikfāra man qāla dzalika muta’awwilan au jāhilan” (Bab mengafirkan seseorang tanpa klarifikasi atau jahil).

Ibnu Huzaimah juga memasukkan hadits tersebut dalam bab “rukhsah fi khurujil ma’mūm min ṣhalātil Imām” (Bab keringanan bagi makmum yang keluar dari salat jamaah bersama imam).

Itu artinya, diperbolehkan bagi makmum untuk meninggalkan jamaah jika imam membaca surat yang terlalu panjang, bahkan termasuk rukhsah (keringanan).

Lalu bagaimana setelahnya?

Ibnu Rajab Al-Hanbali menyebutkan bahwa jika bacaan Imam terlalu panjang, maka makmum diperbolehkan meninggalkan jamaah jika terlalu capek dan diperbolehkan melakukan salat sendiri di dalam masjid walau pun jamaah di masjid tersebut masih berlangsung.

“Hadits tersebut dapat dijadikan dalil bahwa jika imam memperpanjang bacaannya, dan dapat menyusahkan orang yang bermakmum pada imam tersebut, karena makmum tersebut capek atau mengantuk, maka makmum tersebut boleh memutus salatnya bersama imam. Hal itu adalah udzur untuk memutus salat fardhu dan menggugurkan jamaah pada kondisi tersebut. Diperbolehkan bagi makmum tersebut untuk melakukan salat sendiri (munfarid) di dalam masjid tersebut kemudian pulang, walau pun imam masih melakukan salat jamaah bersama makmum-makmum yang lain,” (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Fatḥul Bārī Syarḥ Sahih al-Bukhari, (Kairo, Maktabah Tahqiq Darul Haramain: 1996 M), juz VI, halaman 212).

Jadi, meninggalkan salat berjamaah karena bacaan imam yang terlalu panjang itu diperbolehkan. Bahkan, termasuk ke dalam rukhsah. Namun, tentunya tak serta merta demikian.

Rukhsah tersebut hanya diberikan untuk orang-orang yang tidak kuat untuk melanjutkan jamaah, seperti kecapekan karena kerja sepanjang hari, ngantuk, orang tua dan lain sebagainya. Jika, hanya karena malas, bosan atau alasan lain yang diada-adakan, tentu hal itu tak termasuk rukhsah. Semoga kita tetap semangat untuk melaksanakan perintah Allah yang satu ini. Amin. (islampos.com/Anek)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.