Tinjauan Sosiologi Sastra dalam Novel Dunia Sukab

Avatar of PortalMadura.Com
Tinjauan Sosiologi Sastra dalam Novel Dunia Sukab

‘Penari dari Kutai'

Karya: Seno Gumirah Ajidarma

Karya sastra adalah hasil dari suatu kegiatan yang kreatif dan akan kaya makna yang memadukan unsur estetika dan komunikatif berisikan ide-ide, pemikiran dan gagasan oleh pengarang.

Pada dasarnya karya sastra merupakan cerminan dari masyarakat, oleh karena itu sastra sangat berperan penting dalam kehidupan kemanusiaan antara lain dari segi ekonomi, sosial, politik, dan budaya.

Setiap karya sastra yang dituangkan kedalam tulisan tentunya memiliki ide, gagasan, pengalaman dan amanat yang ingin disampaikan, kepada pembaca dengan harapan apa yang disampaikan menjadi suatu hal yang berharga bagi perkembangan kehidupan masyarakat.

Meskipun karya sastra yang baik pada umumnya tidak langsung menggambarkan atau memperjuangkan nilai-nilai tertentu, oleh karena itu karya sastra tidak terlepas dari sosial-budaya dan kehidupan masyarakat yang digambarkannya.

Dalam pengertian ini, kehidupan mencangkup hubungan antar masyarakat dengan orang-orang antar manusia, antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang.

Dalam hal tersebut karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia.

Penggarang karya sastra merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan orang-orang yang berada disekitarnya, oleh karena itu karya sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman hidup yang telah dihadapinya.

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra, yang merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada pengarang sebagai pendekatan sastra dari sisi sosial.

Sosiologi sastra jelas ilmu tentang interdisipliner yang memperhatikan fakta etnis dan fakta kemanusiaan.

Sastra sebagai fakta etnis akan mengungkapkan seluk beluk hidup manusia. Sastra menyajikan gambaran kehidupan manusia dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial.

Sosiologi sastra tidak hanya membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarakat dan lingkungannya serta kebudayaan yang menghasilkannya.

Dalam pengertian ini, kehidupan mencangkup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang antar manusi, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang.

Dalam hal tersebut karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia. Penggarang karya sastra merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, oleh karena itu karya sastra yang lahir ditengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman hidup yang telah dihadapinya.

Karya sastra yang paling banyak dilakukan pada saat ini menaruh perhatian yang sangat besar terhadap aspek dokumenter sastra dan landasannya.

Dalam hal tersebut tugas dari sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi ciptaan pengarang itu.

‘Penari dari Kutai' yang mengkisahkan seorang pemuda yang bernama Barjo yang sangat mengilai penari dari Kutai yang bernama Retno, karena ketergilaan Barjo kepada Retno membawa mala petaka untuk Barjo karena Retno sudah bersuami.

Pada awal mula Barjo keseringan melihat Retno menari di desanya, Barjo selalu membayangkan gadis penari kutai itu untuk menjadi kekasihnya, pada waktu itu mereka berdua sama-sama memperhatikan dan menyukai satu sama lain.

Suami Retno menggetahui hal tersebut, Balu menantang Barjo untuk berkelahi merebutkan Retno.

Dari novel Dunia Sukab ‘Penari dari kutai' menggambarkan sosok perempuan penari malam yang sangat mengemari menari sehingga menimbulkan benih-benih hal yang tidak pantas untuk dilakukkan sebagai seorang istri dimana istri harus terpaksa melakukannya karena suaminya sering menyiksa dan memukuli istrinya setiap hari.

Pengarang menggambarkan kisah-kisah yang dialami oleh para tokoh yang kisahnya memang benar-benar terjadi di kehidupan nyata suami menyiksa istrinya.

Suami seharusnya sebagai pelindung dari istri dan keluarga selain menjadi kepala rumah tangga tapi suami bersikap tempramental tanpa adanya alasan yang menyalahkan istrinya.

Sosok laki-laki yang bernama Balu dalam novel Dunia sukab memiliki sifat yang temperamental, semena-mena kepada istri dan angkuh dimana balu selalau menyiksa istrinya, karena sikap istrinya yang sekarang lebih memilih orang lain mengakibatkan pertarungan yang sengit antara Barjo yaitu teman dekat dari Retno.

Barjo memiliki hati yang sangat baik dan peduli kepada Retno tetapi juga sebagai pecinta kepada orang yang sudah memiliki suami.

Dalam hal ini di kehidupan nyata tidak pantas dan tidak diperbolehkan mencintai seseorang yang sudah mempunyai istri maupun suami hal ini juga sangat bertentangan dengan agama dan juga sagat berpengaruh terhadap tata nilai moral yang berada didalam masyarakat.

Setiap orang juga harus memiliki tata karma maupun etika, tetapi tidaklah berarti orang yang selalu sopan dan mengindahkan tata karma memiliki moral yang baik.

Sebaliknya belum tentu yang berkelakuan atau bermental baik, mengetahui serta melaksanakan tata karma dalam kehidupan sehari-hari.

Keyakinan pada diri Retno kepada Barjo bahwa dengan berbuat demikian pasti dia akan mendapat kelayakan sebagai seorang istri kepada suami.

Semua itu terjadi ketika Retno tidak dihargai sebagai seorang istri yang selayaknya, namun pembaca bias jadi tidak setuju dengan sikap Retno yang menduakan suaminya, tetapi juga tidak setuju dengan perlakuan Balu yang kasar terhadap istrinya.

Manusia dibentuk untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang kurang baik. Meskipun demikian ajaran akhlak ataupun pesan moral dalam karya sastra senantiasa berada didalam pengertian baik.

Dengan demikian jika sebuah karya sastra menampilkan watak para tokoh yang kurang berakhlak dan tidak tahu sopan santun, tidak berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bersikap serupa, hal yang baik boleh untuk ditiru maupun dicontoh dalam kehidupan nyata, apabila hal itu buruk tidaklah boleh untuk dicontoh maupun menirunya.

Selama kita masih hidup perbuatan baik akan juga berbuah yang baik-baik, apabila kita menanamkan perbuatan yang buruk pasti tumbuhnya juga yang buruk.(*)

Penulis : Aprillia Rizki Amanda
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.