Unik, Penyerahan Zakat Fitrah Ala Adat Keraton Sumenep

Avatar of PortalMadura.Com
Unik, Penyerahan Zakat Fitrah Ala Adat Keraton Sumenep

https://www.youtube.com/watch?v=u_cRtYIHPIY&feature=youtu.be

PortalMadura.Com, – Pemerintah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Senin (11/6/2018) menyerahkan ala melalui takmir Masjid Agung Keraton yang selanjutnya disebar pada warga kurang mampu.

Prosesi penyerahannya cukup unik. Selain para pejabat mengenakan baju adat, zakat fitrah dari para pejabat itu terlebih dahulu dikumpulkan di Pendopo Keraton Sumenep, Jl. dr. Soetomo, Pajagalan, Kota Sumenep.

Doa zakat fitrah dimulai dari zakat fitrah milik Bupati Sumenep A Busyro Karim beserta keluarganya dipandu oleh seorang ustadz (ahli agama). Dalam prosesnya juga dipandu menggunakan bahasa Madura (bahasa keraton).

Kemasan atau bungkus dari zakat fitrah tersebut terbuat dari anyaman daun lontar dan diberi kertas warna kuning dan merah sebagai warna kebesaran Keraton Sumenep tempo dulu.

Usai didoakan, zakat fitrah dibawa oleh pasukan khusus melewati Labang Mesem (pintu utama keraton) dan diarak berjalan kaki bersama-sama menuju Masjid Agung Keraton Sumenep yang jaraknya ratusan meter ke arah barat dari Keraton Sumenep.

Ikut dalam rombongan tersebut, antara lain, Bupati Sumenep A Busyro Karim yang menggambarkan raja sedang dipayungi payung cendi emas, diiringi Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi (Guste Pate), Sekda (Lora Jagakarsa), dan Santana (Bangsawan).

Selain itu, para pimpinan OPD (Lora Ajeng), para Badhana serta camat (ares) dan yang lainnya.

Bupati Sumenep, A Busyro Karim menyampaikan, penyaluran zakat fitrah dari keluarga Keraton Sumenep tempo dulu ke pihak takmir Masjid Agung dilakukan pertama kali pada zaman raja keturunan Bindara Saod, Raden Tumenggung Tirtonegoro, yakni Penembahan Somala yang juga pendiri Masjid Agung Keraton Sumenep.

“Panembahan Sumolo merupakan Raja Sumenep periode 1762-1811 masehi atau sekitar 207 tahun lalu. Selanjutnya tradisi ini dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman sampai pada masa Ario Prabuwinoto tahun 1929 masehi yang merupakan periode terakhir sistem kerajaan di Sumenep,” terang Busyro.

Tradisi atau adat istiadat yang dinilainya mengandung makna berbagi kepada sesama, terutama warga kurang mampu dan syiar atau salah satu cara dalam dakwa agama Islam, maka perlu untuk dihidupkan kembali pada saat ini.

“Penyerahan zakat fitrah ala Keraton Sumenep tahun ini adalah yang pertama kali dilakukan pemerintah daerah. Ini perlu untuk dikembangkan dan dikemas kembali serta disempurnakan di tahun-tahun berikutnya,” ujar politisi PKB Sumenep ini.

Dorong Peningkatan Zakat

Unik, Penyerahan Zakat Fitrah Ala Adat Keraton Sumenep

Bupati Sumenep, A Busyro Karim, menilai, potensi zakat belum tergarap dengan maksimal, baik lokal maupun ditingkat nasional.

Untuk tingkat nasional bisa mencapai Rp286 triliun. “Namun, hanya terealisasi Rp5 triliun. Padahal zakat strategis sebagai salah satu cara mensejehterakan masyarakat,” ujarnya.

Dikatakan, studi Baznas Kabupaten Sumenep menunjukkan bahwa potensi zakat profesi khusus aparatur sipil negara (ASN) bisa mencapai Rp853 juta.

“Tetapi, setiap tahunnya zakat dari ASN masih rendah pada kisaran Rp65 juta. Dan tahun ini meningkat Rp85 juta,” terangnya.

Oleh karena itu, pihaknya mengharap menjadi perhatian semua pihak di tahun-tahun mendatang agar potensi zakat fitrah di Kabupaten Sumenep lebih optimal.

“Zakat dalam Islam adalah termasuk rukun Islam. Zakat dibahas dalam kitab-kitab klasik sangat panjang, baik syarat, kategori dan subyeknya,” tandasnya.

Ia mengungkapkan, perintah zakat paling sering disebut dalam Alquran, sehingga perintah zakat selalu digandeng dengan perintah salat. “Itu artinya, zakat merupapakan realitas kewajiban sosial sekaligus kesalehan individual,” tandasnya.

Bangun Motivasi

Unik, Penyerahan Zakat Fitrah Ala Adat Keraton Sumenep

Prosesi penyaluran zakat fitrah ala Keraton Sumenep, diharapkan mampu memotivasi individu untuk mengeluarkan zakat.

“Berdasarkan data BPS, pengeluaran masyarakat miskin 25 persen adalah untuk membeli beras. Sedangkan pengeluaran orang kaya malah 25 persen untuk membeli pulsa,” ungkapnya.

Fenomina tersebut, seyogyanya menjadi bahan intropeksi bagi semua pihak agar di masa mendatang secara konsisten bisa membantu meringankan pengeluaran masyarakat miskin.

“Baik itu melalui zakat, infaq, sedekah. Lebih-lebih tingkat kemiskinan di Sumeneo masih mencapai 19,62 persen,” pungkasnya.

Penyaluran zakat fitrah pada bulan Ramadan 1439 hijriyah ini atau 2018 masehi merupakan rangkaian even Visit Sumenep 2018 (tahun kunjungan wsiata).(Hartono)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.