PortalMadura.Com, Malang, Jawa Timur – Pemuka agama Malang, Jawa Timur, menilai bahwa remaja merupakan salah satu golongan yang rentan terpapar radikalisme, mengingat individu pada usia tersebut umumnya berkeingan menjadi beda dan menonjol di antara sebayanya.
Keinginan remaja untuk menjadi beda dan menonjol tersebut sesuai dengan fasenya yang sedang mencari jati diri. dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (25/7/2018).
“Rata-rata anak muda itu ingin tampil, ingin beda. Di sekolah pun jam pelajaran agama tidak terlalu banyak sehingga pengetahuan agamanya agak kosong. Terlebih kalau IQ-nya rata-rata sehingga mudah terkena doktrin,” terang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang K. H. Fadhol Hija saat menghadiri pertemuan antara jajaran Kepolisian Resor Malang dengan para ulama setempat di Markas Kepolisian Resor Malang, Jawa Timur, Rabu.
Terlebih dengan hadirnya media sosial didukung dengan kecanggihan gawai yang membuat kelompok radikal semakin mudah menyebarkan paham menyimpangnya.
“Yang tadinya doktrin dilakukan sembunyi-sembunyi, sekarang mereka melakukannya secara terang-terangan melalui media sosial yang menarik,” ungkap Fadhol.
Selain rentan menyasar remaja yang sedang mencari jati diri, dia juga menilai bahwa individu, baik tua maupun muda, dengan pemahaman agama yang minim juga rentan terkena doktrin radikal.
Dia mencontohkan Dita Oeprianto sekeluarga yang tewas dalam serangan bunuh diri di tiga gereja Surabaya, Jawa Timur, pada Mei 2018.
“Yang di Surabaya itu orang-orang berada, tidak muda. Sudah mapan,” tukas Fadhol.
Namun, lanjut dia, karena pemahaman agama yang tidak menyeluruh dan tidak mengetahui arti jihad yang sesungguhnya, maka orang-orang seperti itu rawan terpengaruh radikalisme yang kemudian berujung pada serangan teror terhadap masyarakat.
Sementara itu, Wakil Kepala Kepolisian Resor Malang Komisaris Deky Hermansyah mengatakan bahwa jajarannya melibatkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) serta da’i keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dalam menjaga keamanan di Kabupaten Malang, terutama terkait radikalisme.
“Da’i Kamtibnas dan MUI juga sudah sering menyampaikan kepada masyarakat arti jihad yang sesungguhnya, yang benar itu seperti apa,” ujar Deky.(AA)