Desakan Ekonomi Keluarga, Berjualan Saat Berusia 13 Tahun
PortalMadura.Com, Bangkalan – Akrab dipanggil Bu Sumrah. Ia salah satu pembuat dan penjual tajin sobih yang masih bertahan. Lebih dari 50 tahun bubur tradisional olahan tangannya memanjakan lidah pelanggan.
Walau diyakini berasal dari Desa Sobih, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, namun para pembuat dan penjual tajin sobih yang masih bertahan saat ini tak banyak tau cerita terciptanya jajanan tradisional tersebut. Sangat disayangkan memang, oleh karena tajin sobih telah dikenal hingga luar Madura.
Jawaban yang terlontar rupanya senada. Mereka hanya bisa mengatakan kalau tajin sobih adalah bubur yang sudah ada sejak dua generasi di atas mereka. Jika kini usia rata-rata penjual tajin sobih di atas 50 tahun, itu artinya jajanan tradisional ini telah ada sebelum negeri ini memproklamirkan kemerdekaaan pada tahun 1945. Dan sangat mungkin kuliner ini telah diwariskan lebih dari dua generasi.
“Cerita yang saya dengar dari ibu, dulu nenek dan ibu saya penjual tajin sobih. Sekarang saya yang meneruskan berjualan. Saya bisa membuat tajin sobih karena belajar dari ibu,” ungkap Bu Sumrah (67), salah satu penjual tajin sobih asal Dusun Mandelan, Desa Sobih, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Madura.
Baca Juga : Tajin Sobih, Bubur Khas Bangkalan dengan Rasa Manis yang Menggoda
Bu Sumrah adalah nama panggilan saat berjualan tajin sobih. Nama asli yang diberikan oleh kedua orang tuanya adalah Siti Amina. Ternyata Sumrah adalah nama anak tertuanya. Saat ditanya nama oleh pembeli, dengan spontan langsung menyebut Bu Sumrah, yang maksudnya ibunya Sumrah. Sebutan nama ibu dengan mengambil dari nama anak tertua semacam ini memang lumrah terdengar.
Di usianya …