Bunda, Terapkan Rumus ‘Cinta’ Ketika Mengasuh Anak

Avatar of PortalMadura.com
Bunda, Terapkan Rumus 'Cinta' Ketika Mengasuh Anak
Ilustrasi

PortalMadura.Com psti punya cara sendiri dalam mengasuh . Antara orang tua yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda dalam hal mengasuh anak. Hal ini tergantung cara dan karakter anak, sehingga pola asuhnya harus disesuaikan. Karena pola asuh sejak lahir akan berdampak hingga mereka dewasa.

Saat ini ternyata orang tua juga perlu meng-upgrade seiring perkembangan zaman. Agar penerapan pola asuh pada anak tidak selalu menerapkan pola-pola lama yang sudah tidak bisa digunakan di zaman sekarang. Sebagaimana pengalaman seorang ibu dan pendidik, Najeela Shihab punya rumus ‘Cinta' yang bisa Anda terapkan sebagai bentuk pola asuh untuk anak-anak.

“Sebelum anak lahir pun orang tua udah punya cinta, karena modal cintanya sudah ada Anda bisa mencintai anak dengan lebih baik,” papar wanita yang akrab disapa Ela ini. Hmm, tapi kenapa ya masih ada orang tua yang memperlakukan sang anak dengan kurang tepat?

Menanggapi hal ini, Ela bilang cinta bisa jadi alasan orang tua melakukan sesuatu untuk anaknya tapi sayangnya, cinta tersebut bukan untuk yang lebih baik tapi justru merugikan.

“Keluarga merupakan pendidik utama dan pertama serta Anda mau anak jadi mandiri, bahagia dan cerdas. Karena Anda mau jadi keluarga yang belajar dan berdaya,” tutur pendiri keluargakita dan inibudi.

Ela menambahkan, tugas utama orang tua yaitu memahami perkembangan anaknya. Nah, yang perlu Anda ingat, tahap perkembangan anak berbeda sehingga penting banget Anda menentukan apakah perkembangan anak wajar atau tidak. Rumus ‘Cinta' ini bisa Anda terapkan dalam mengasuh anak.

(C)ari Cara

Menurut Ela, kebanyakan orang tua hanya tahu bagaimana cara memberikan kasih sayangnya secara fisik aja namun secara sosial emosi atau stimulan dan kognitif, pengetahuannya masih minim.

“Maka itu ada anak usia di bawah satu tahu lalu dia lengket dengan pengasuhnya sangat wajar dan kita orang tua harus bersyukur karena itu berarti anak kita punya person attachmenent. Sebenarnya kalau Anda tahu tahap perkembangan anak Anda paham kok,” papar Ela.

(I)ngat Impian Tinggi

Anda perlu menanamkan dalam pikiran dan percaya kalau anak bisa, Bun, termasuk dalam mencapai sesuatu yang baik.

“Kalau anak bandel, cari perhatian ya itu karena anak membutuhkannya. Kalau anak lompat-lompat terus misalnya ya itu karena emang usianya. Anak butuh dipercaya terlebih dulu baru mereka bisa membuktikan bahwa ya mereka bisa,” tutur ibu tiga anak ini.

Menurut Ela, kalau Anda mau mencintai anak lebih baik, Anda juga harus memberi mereka yang lebih baik. Sayangnya, kesulitan yang kerap dihadapi orang tua yaitu membangun komunikasi yang efektif sama anak.

Tujuan semua orang tua sama kok, Bun, untuk melindungi anak-anaknya, namun memang caranya yang berbeda-beda.

(N)erima Tanpa Drama

Dalam kasus ini, Ela ngasih contoh berdasar pengalamannya. Jadi, anak pertama Ela ikut les renang dan suatu hari, Ela datang ke tempat les tapi anaknya malah nggak ada, Bun.

“Untuk yang ‘detektif' Mami pasti langsung deh berpikir, wah anak gue ke mana? wah harus dibilangin nih, dan sebagainya,” tutur Ela.

Namun, akan lebih baik kalau orang tua jujur aja sama keadaan yang didapat. Nggak perlu drama dan pura-pura bertanya gimana renangnya, siapa aja tadi yang datang dan sebagainya. Bunda tahu yang Ela lakukan? Ia berkata, ‘Kak, aku nggak lihat kamu tadi di kolam, kamu ke mana?'. Dan ajaibnya, sang anak menjawab jujur.

Ela mengatakan, cara komunikasi orang tua ke anak akan menentukan kepercayaan atau kecurigaan yang orang tua berikan ke anak.

Baca Juga: Penetapan Caleg Terpilih di Sampang Tunggu Putusan MK

(T)idak Takut Salah

Semua kesalahan dan kesempatan itu pasti ada. Maka dari itu kenapa semua orang tua tetap masih harus belajar.

“Rewarding parenting yaitu ketika Anda buat kesalahan, Anda masih dapat kesempatan lagi dan lagi. Salah iya namun Anda masih diberi kesempatan untuk belajar menjadi orang tua yang lebih baik,” papar Ela.

Begitu juga dengan anak, biarkan mereka belajar dari kesalahannya. Ela memberi contoh kasus sederhana dari anak perempuannya. Ketika itu anak ketiganya tidak memakai sepatu karena tertinggal di mobil. Si anak pun menghubungi Ela untuk minta dikirimkan sepatunya namun keadaannya Ela saat itu sedang rapat.

Alhasil Ela tidak mengirimkan sepatunya dan anaknya pun ngambek. Namun, pada akhirnya si anak sadar bahwa ia lalai atas kesalahannya sendiri dan minta maaf pada Ela.

“Jika anak tidak diberi konsekuensi maka akan terus melakukan kesalahan tersebut. Selama menurut anak bukan masalah, dia nggak akan ada motivasi untuk benerin masalahnya,” tutur Ela.

Jadi kata Ela, biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri ya, Bun.

(A)syik Main Bersama

Bermain itu bagian pentingnya suatu hubungan. Terus, banyak banget kok, Bun, yang bisa Anda jelajah bareng anak dengan bermain bersama.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.