Cara Melatih Kecerdasan Emosi Anak yang Benar

Avatar of PortalMadura.com
Cara Melatih Kecerdasan Emosi Anak yang Benar
Ilustrasi (Parenting Club)

PortalMadura.Com – Seorang anak yang mempunyai kemampuan verbal yang baik, mampu mengungkapkan pemikirannya dan bahkan bisa memecahkan masalah, bisa diartikan bahwa ia memiliki kecerdasan kognitif di atas rata-rata.

Nah, setiap orang tua tentu menginginkan bisa punya anak yang demikian. Tapi, banyak orang yang lupa jika anak ternyata memiliki kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Jadi, Anda tidak boleh memaksanya untuk berperilaku sesuai dengan apa yang Anda inginkan.

Hal yang mungkin bisa dilakukan adalah Anda perlu mencoba menggiringnya atau melatih nya ke arah situ. Bagaimana caranya?. Yuk, intip uraian berikut ini:

Anak yang memiliki kecerdasan kognitif juga biasanya mampu beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Kecerdasan kognitif anak perlu dilatih, karena itu untuk mencapainya, tidak jarang orang tua yang memberikan pelajaran tambahan (les) anak-anaknya melebihi jam belajar anak.

Namun alih-alih fokus pada kemampuan kognitif anak, ternyata memiliki peran yang lebih besar untuk keberhasilan anak di masa mendatang.

Psikolog anak, Ayoe Sutomo. Psi, mengatakan bahwa sebuah penelitian menyebut 90 persen keberhasilan individu bergantung pada kecerdasan emosi. Karena itu, orang tua dianjurkan untuk memiliki waktu khusus dengan anak, salah satunya dengan bermain bersama.

“Selain bisa mengenal kebutuhan emosi anak dan menstimulasi secara fisik (motorik halus dan motorik kasar), manfaat lain yang bisa didapatkan dari orang tua dengan bermain bersama anak adalah adanya rasa bahagia pada anak,” kata dia saat ditemui dalam acara launching Cadbury Dairy Milk Lickables di Shangrila Hotel Jakarta Pusat.

Dia melanjutkan, bahwa perasaan bahagia dari anak merupakan investasi yang sangat baik untuk proses belajar anak. Selain itu banyak hal yang akan dilalui anak selama proses belajar misalnya mengenal sesuatu yang baru.

“Sehingga jika didampingi orang tua hal itu akan menjadi lebih mudah,” kata dia.

Dia melanjutkan, untuk menciptakan waktu bermain yang berkualitas dengan anak, tidak perlu memakan waktu lama. Selama orang tua terlibat bermain bersama anak dan terjalin interaksi antar orang tua dan anak, kualitas itu bisa tercipta.

“15 sampai 30 menit sudah cukup dengan catatan full untuk bermain dengan anak bukan mengawasi,” ungkapnya.

Menurutnya dua hal itu berbeda. Bermain artinya terlibat langsung. “Misalnya ada boneka apa?. Kemudian terjadi interaksi kalau interaksi baik 15-20 menit dalam sehari rutin itu cukup. Waktunya bisa dipilih pagi baru bangun tidur atau malam sebelum tidur baca cerita, lihat jam biologis anak (tergantung anaknya),” jelas dia. (viva.co.id/Putri)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.