Diduga Ada Mafia Dibalik Panja Gula DPR

Avatar of PortalMadura.Com
Diduga Ada Mafia Dibalik Panja Gula DPR
ilustrasi

PortalMadura.Com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta tak terbuai dan langsung mempercayai rekomendasi Panja Gula DPR melalui pernyataan Ketua Panja Gula Abdul Wachid yang meminta pemerintah untuk mencabut atau menutup 9 dari 11 izin industri gula rafinasi.

Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring, Bin Firman Tresnadi, Selasa ( 12/4/2016), dalam rilisnya mengatakan, rekomendasi itu diduga memiliki operasi agenda setting oleh tujuh samurai importir gula putih yang ingin mendapatkan izin import gula putih kristal meski selama ini selalu merugikan masyarakat dan petani tebu.

Pernyataan Abdul Wachid dinilai memiliki benang merah, asal bunyi, tanpa solusi dan berpotensi akan membunuh Industri makanan dan minuman nasional yang meyerap tenaga kerja formal dan informal hampir  18,9 juta pekerja.

Bin Firman Tresnadi juga menyayangkan sikap kader Partai Gerindra Abdul Wachid yang kurang mengerti tentang tata niaga gula nasional dan tidak berpihak pada masyarakat yang menjalankan usaha kecil menengah disektor makanan dan minuman yang membutuhkan produk Industri Gula rafinasi dimana UKM merupakan cerminan Ekonomi kerakyatan.

“Presiden Jokowi jangan terbuai rekomendasi panja gula DPR. Kami minta Gerindra memanggil Abdul Wachid dan menariknya dari panja Gula DPR karena akan membuat simpatik masyarakat menurun terhadap Gerindra,” katanya.

Bin Firman mengungkapkan, akhir-akhir ini disinyalir ada operasi senyap yang dilakukan oleh importir gula kristal putih terhadap industri gula rafinasi di Indonesia.
Sinyalemen tersebut diketahui cara mengadu domba antara petani tebu dan pabrik gula putih kristal dengan industri gula rafinasi yaitu dengan cara mengunakan usaha makanan dan minuman fiktif untuk membeli gula dari industri rafinasi.

Kemudian gula rafinasi tersebut dijual kembali atau dirembeskan ke pasar pasar dengan harga yang sangat murah bila dibandingkan gula pasir tebu.

“Hal ini terbukti dengan temuan investigasi tim pencari fakta di Cimahi , Purwokerto, Banjarnegara, Gunung Kidul, Surabaya ,Garut, Tasikmalaya ,Bogor,Bekasi, Depok,” ujar Bin Firman Tresnadi.

Sementara, hasil investigasi IDM ke pedagang pasar di kota- kota yang terjadi rembesan gula rafinasi, mayoritas pedagang mengakui membeli gula rafinasi yang dikemas  dalam karung tanpa merk dari mobil yang berkeliling.

“Hal ini tentu sangat merugikan industri gula rafinasi  nasional. Dengan begitu Industri Gula rafinasi nasional akan dituduh menjual gula rafinasi langsung ke pasar dan dijadikan sebagai musuh bersama petani tebu,” tandasnya.

Pria yang juga aktif sebagai pengurus Organisasi Petani tingkat nasional ini menyatakan ada langkah operasi kontra intelejen oleh mafia import gula putih dan para peyelundup gula putih Kristal untuk menghancurkan industri gula rafinasi yang masih sangat diperlukan untuk memasok Industri makanan dan minuman.

“Ada upaya besar dari para mafia import gula putih yang terkenal dengan sebutan tujuh samurai gula yang sudah dicabut Izinnya saat pemerintahan SBY- Budiono. Akibat ulah tujuh samurai, importir gula putih kristal saat itu, selalu meyebabkan harga gula tinggi  dan terjadi inflasi pangan,” pungkasnya.(rls/har)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.