PortalMadura.Com, Pamekasan – Pegiat literasi di Pamekasan, Madura, Jawa Timur menilai pemerintah daerah kurang serius mengembangkan dunia literasi.
Salah seorang penulis asal daerah itu, Thoriq Aziz Jayana, mengatakan mandeknya budaya literasi dipengaruhi oleh dua faktor, yakni karena kebanyakan masyarakat masih memegang budaya malas membaca dan apresiasi pemerintah kepada penulis belum maksimal.
“Jangankan menulis, membaca bukupun saya pikir masih minim,” katanya, Senin (6/11/2017).
Ia menjelaskan, para penulis yang mulai produktif tidak terfasilitasi oleh pemerintah dengan baik. “Hari jadi Pamekasan saja, seharusnya ada lomba menulis dan sebagainya, kenyataannya tidak ada,” ucapnya.
Tak jauh berbeda dengan Wakil Ketua Komisi IV, Al- Anwari. Ia menuding, mandeknya budaya literasi di Pamekasan karena pemerintah tak memberikan fasilitas khusus berupa penghargaan kepada para penulis yang namanya sudah dikenal nasional ataupun lainya.
Bahkan, Ia menilai bahwa ajang perlombaan dalam kepenulisan justru jarang dilakukan. “Faktanya, sejauh ini kita jarang mengagendakan even-even karya tulis, entah itu ilmiah atau karya fiksi,” paparnya.
Iapun meminta agar dunia literasi di Pamekasan dikembangkan, syukur-syukur bisa menghasilkan penulis hebat.
Sementara, Ketua Group pecinta buku (Your B ), Wildona Zumam mengatakan, budaya baca tulis di Pamekasan sudah cukup berkembang bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, karena banyak kelompok dan taman baca mandiri yang sudah tersebar.
“Kalau penulis memang masih minim. Kalaupun ada, ya namanya belum terbaca publik,” jelasnya.(Hasibuddin/Putri)