Gempa Sumenep, Munculnya 2 Cahaya Aneh dan Burung Raksasa Putih di Batuputih

Avatar of PortalMadura.Com
Gempa Sumenep, Munculnya 2 Cahaya Aneh dan Burung Raksasa Putih di Batuputih
dok. Salah satu rumah korban gempa Sumenep (Foto: Samsul Arifin)

PortalMadura.Com, – Pasca , Madura, Jawa Timur, tentu meninggalkan keprihatinan bagi banyak kalangan lantaran 77 bangunan warga dan fasilitas umum mengalami kerusakan. Sembilan bangunan di antaranya tidak dapat ditempati karena rusak parah.

Namun, patut bersyukur karena tidak ada korban meninggal dunia pada gempa Sumenep berkekuatan 4.8 SR pada jarak 6 km arah Timur Laut Sumenep-Jawa Timur dengan kedalaman 12 kilometer yang terjadi pada Rabu (13/6/2018), pukul 20.06.40 WIB.

Hingga Rabu (20/6/2018), bantuan terus mengalir, baik dari kalangan umum, lembaga swasta, perorangan maupun dari pemerintah daerah setempat. Bahkan, para relawan, TNI-Polri juga ikut serta membantu warga terdampak yang banyak dialami warga Desa Bulla'an, Kecamatan .

Bagaimana pemahaman warga terhadap gempa Sumenep, khususnya di wilayah Kecamatan Batuputih?.

Penelusuran PortalMadura.Com pada momen lebaran Idul Fitri 1439 H, banyak kisah dan cerita yang disampaikan warga serta tokoh masyarakat tentang peristiwa gempa Sumenep.

Ada yang memahami sebuah peristiwa alam yang dikaitkan dengan akibat ulah manusia yang kini akhlaknya mulai tergerus zaman dan tingkat ke imanannya menurun.

Kemunculan berbagai keanehan yang dilihat dan dirasakan warga Batuputih juga menjadi menu cerita hangat dan kini bergulir di tengah kehidupan warga di sana.

Apa saja keanehan itu? simak penuturan warga berikut ini.

Kemunculan dua cahaya putih mirip bola kasti

Beberapa saat sebelum gempa melanda Sumenep, para nelayan yang sedang mencari ikan di laut utara kota Sumenep sempat melihat dua sinar putih sebesar bola kasti.

Sinar itu muncul di tengah laut mengarah ke arah tenggara dan barat laut. Dua yang dituju arah sinar itu merupakan lokasi terparah dampak gempa Sumenep, yakni Desa Bulla'an, Kecamatan Batuputih.

Dua sinar itu meledak dengan suara sangat keras. Sayangnya, tidak ada warga yang mampu menterjemahkan dua sinar putih tersebut. Tetapi tanda-tanda akan terjadinya gempa Sumenep sudah diperlihatkan sejak sore hari sebelum gempa terjadi, yakni air laut surut hingga kurang lebih 2 km dari biasanya.

Dua kali dentuman keras

Bunyi dentuman keras terdengar oleh warga pesisir utara Kecamatan Batuputih, Sumenep. Sayangnya, warga tidak mengenali sumber bunyi dentuman itu. Hanya saja, dentuman itu terjadi beberapa detik sebelum gempa mengguncang Sumenep.

Warga desa tetangga dari pusat terdampak gempa Sumenep mendengarnya cukup keras, khususnya di lokasi dataran tinggi, seperti warga Desa Batuputih Daya bagian utara dan Desa Gedang-gedang.

Dua desa bagian utara tersebut lurus ke arah timur dari terdampak gempa Sumenep dan lokasinya tidak jauh dari pusat gempa Sumenep. Wilayahnya berbukit dan dekat dengan pantai utara Batuputih.

Burung raksasa warna putih

Saat terjadi gempa Sumenep, warga RT 1, Dusun Kapeng, Desa Juruan Laok, Batuputih melihat burung raksasa warna putih. Burung itu terbang di atas rumah warga dari barat ke arah timur.

Penuturan warga, burung itu terlihat jelas dan mengerikan. Meski daerah itu tidak ada korban gempa Sumenep, namun semua warga merasakan kerasnya getaran gempa. Desa Juruan Laok, merupakan batas timur wilayah Kecamatan Batuputih.

Tidak ada yang tahu jenis burung tersebut. Warga hanya kaget dan bertanya-tanya karena sebelumnya tidak ada burung raksasa terbang di langit wilayah tersebut. Kemunculan burung raksasa warna putih itu dikaitkan dengan peristiwa gempa Sumenep.

Gerakan batin

Gerakan Batin (Gerbat) ini adalah istilah yang digunakan sebagian santri di daerah itu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memperbanyak ibadah dan berdoa.

Salah satu Gerbat yang dilakukan warga secara kontinu pasca gempa Sumenep, baik di masjid, langgar dan musala adalah pembacaan Surat Yasin dan Burdah.

Burdah merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu) yang berisi syair tentang pujian/ salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair tersebut diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir.

Pembangunan tambak udang

Pembangunan tambak udang yang membentang di pesisir utara juga tidak luput dari perbincangan warga dan dikaitkan dengan terjadinya gempa Sumenep.

Usaha tambak udang itu, sebenarnya tidak hanya ada di wilayah Batuputih bagian utara, melainkan dari Kecamatan Dungkek dan Kecamatan Batang-batang.

Data di bagian perizinan pemerintah daerah Sumenep, bulan lalu, baru ada dua berkas pengajuan perizinan tambak udang yang masuk wilayah Kecamatan Batuputih.

Saat ini, warga menyebutnya gara-gara banyak lahan yang dijual pada warga luar dan dijadikan tambak udang. Warga memberi penafsiran agar tidak lagi menjual lahan di pesisir pantai utara agar tidak ada cobaan susulan dari Allah.

Sementara, salah seorang tokoh masyarakat Batuputih, Sumenep, M. Ridwan berharap, masyarakat tidak terprovokasi dan membuat pernyataan yang dapat menimbulkan keresahan, sebaiknya berbenah diri dan semakin dekat pada Allah.

“Pemahaman tentang gempa memang perlu ada edukasi. Para tokoh masyarakat juga perlu terus membenahi moral umat sehingga keimanan mereka tetap di jalur yang di ridai-NYA,” kata Ridwan yang juga salah satu Kaprodi di STKIP PGRI Sumenep.

Pahami Gempa

Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis gempa yang sering terjadi di muka bumi ini.

1. Gempa Tektonik

Perlu diketahui bahwa bumi ini tersusun atas 4 lapisan utama, dari yang paling luar ada lithosphere, mantel, inti luar dan inti dalam.

Lithosphere adalah lapisan tempat manusia berada, lapisan ini paling tipis dibandingkan dengan lapisan lainnya. Selain tipis, lapisan ini tersusun dari beberapa bagian dan bukan satu lapisan utuh yang menyelimuti bumi. Setiap lapisan yang ada sering bergerak.

Bagian dari lapisan lithosphere, sering disebut lempeng tektonik. Setiap lempeng tersebut memiliki ujung yang saling berbatasan yang disebut lipatan. Nah, ketika satu lempeng bergerak jauh maka akan mempengaruhi lempeng lainnya terutama di bagian lipatan tadi.

Pergerakan pada lempengan tektonik ini menyebabkan energi tertimbun secara perlahan-lahan dan mulai menghasilkan gempa tektonik karena adanya pelepasan energi yang telah lama tertimbun tersebut.

Karena pergerakan inilah maka gempa bumi bisa terjadi pada daerah lipatan tempat bertemunya lempeng tektonik. Inilah yang dinamakan gempa tektonik.

Gempa Sumenep, disebutkan oleh pihak BMKG merupakan gempa tektonik.

Gempa jenis ini biasanya jauh lebih kuat getarannya dibandingkan dengan gempa vulkanik. Bahkan rata-rata kerusakan bangunan karena gempa terjadi kebanyakan disebabkan oleh gempa tektonik.

2. Gempa Vulkanik

Gempa bumi juga dapat terjadi karena adanya aktivitas pada gunung berapi, yaitu pergerakan magma yang ada di dalam perut bumi. Inilah yang disebut dengan vulkanik.

Adanya pergerakan magma di bawah gunung berapi dapat memunculkan tekanan yang membuat gunung berapi menyemburkan magma keluar. Dalam beberapa waktu tekanan ini akan terus menerus ada diikuti oleh semburan magma yang berikutnya.

Semburan magma ini terjadi melalui batu-batuan yang ada di atasnya dan menyebabkan bebatuan tersebut retak dan pecah. Karena batu-batuan yang retak dan pecah tersebut merupakan bagian dasar dari lempengan bumi, maka gempa vulkanik dapat terjadi.

Berikut video ilustrasi terjadinya gempa

(Berbagai sumber/Hartono)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.