Ibunda Ahmad Yani Sempat Menyarankan Agar Tidak Cepat Nikah (edisi 4)

Avatar of PortalMadura.Com
Ist. Keluarga Ahmad Yani
Ist. Keluarga Ahmad Yani

PortalMadura.Com, – Mupaher (53), bapak Ahmad Yani, warga Dusun Talango Tengah, Desa Brakas, Kecamatan/pulau Raas, Sumenep, Madura, Jawa Timur sempat terbelalak ketika putra pertamanya yang baru 6 bulan bekerja di Bali pulang dengan menyampaikan kisah cintanya bersama Saimah binti H.Mas'ud (21), putri asal pulau dewata Bali.

Ahmad Yani (23) dengan gamblang mengutarakan isi hatinya dan ingin segera melamar gadis pujaannya yang dikenal sejak awal kedatangannya di Bali. Namun, Sitti (almarhumah), ibu Ahmad, sempat menyarankan anaknya agar tidak keburu bertunangan, apalagi menikah. Karena, Ahmad masih muda dan baru lulus dari sebuah pesantren di Situbondo, Jawa Timur.

Disamping itu, Ahmad, baru 6 bulan bekerja sebagai cleaning service di sebuah pusat perbelanjaan di Bali. Sementara ayahnya hanya bekerja sebagai ABK PLM Jabal Nur milik H.Fathor, yang melayani penumpang lintas pulau.

“Ibu Ahmad sempat menyarankan agar tidak keburu bertunangan apalagi menikah, karena persiapannya masih belum matang. Tapi yang mau menjalani sudah ‘kebelet',” kata Syamsul (50), warga Dusun Talango Tengah, Desa Brakas, Raas, Sumenep.

Melihat tekad dan semangat Ahmad yang sangat tinggi untuk mengarungi bahtera hidup dalam rumah tangga bersama Saimah gadis pujaannya itu, akhirnya mampu meluluhkan hati kedua orang tuanya.

“Tekad Ahmad untuk meminang Saimah sudah tidak bisa di Bendung, ya akhirnya kedua orang tuanya melamar Saimah putri H.Mas'udi di Bali,” bebernya.

Dalam acara pinangan yang dilakukan keluarga Ahmad pada keluarga Saimah di Bali, juga sangat mengejutkan. Keluarga Saimah tidak menginginkan putrinya terlalu lama bertunangan. Karena keluarga mempelai wanita, takut anak gadisnya terjerumus dalam pergaulan bebas yang sering terjadi di zaman modern.

Keluarga kedua mempelai akhirnya bersepakat menikahkan putra-putrinya dalam waktu singkat. Penentuan hari dan tanggal pernikahan mereka mulai di bahas, kedua keluarga mempelai akhirnya sepakat, jika hari pernikan bakal dilangsungkan, Selasa (7/10/2014).

Karena perjalanan dari pulau Raas ke Bali membutuhkan waktu sekitar 6 jam perjalanan laut, maka keluarga mempelai pria berangkat lebih awal yakni pada hari Senin (6/10/2014) sekitar pukul 9.30 Wib. Dengan harapan tiba di rumah mempelai wanita sekitar pukul 15.00 Wib.

Namun siapa sangka, perahu layar motor (PLM) Jabal Nur yang mengangkut sekitar 51 orang (rombongan) pengantin pria, mengalami masalah setibanya di perairan selat Bali. Mesin perahu pengantin tiba-tiba mati dan terseret ombak hingga perairan Banyuwangi.

Celakanya lagi, pompa air yang biasa dipergunakan menguras air juga tidak berfungsi. Sehingga semua penumpang bergotong royong menguras air laut yang masuk ke perahu. Karena mesin perahu tidak kunjung hidup dan telah memasuki perairan yang kondisi ombaknya besar, PLM Jabal Nur menghantam karang dan hancur berkeping-keping.

Rombongan pengantin pun berhamburan ke laut. Beberapa penumpang baru ditemukan pada Rabu (9/10/2014) di perairan sekitar pulau Raas. Hingga hari ini, jumlah penumpang yang ditemukan baru 30 orang. Delapan (8) penumpang ditemukan selamat, 22 penumpang ditemukan meninggal, sedangkan 21 orang penumpang termasuk pengantin pria beserta ayahnya, masih misterius. (Laporan Reporter PortalMadura.Com, Samauddin-bersambung).

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.