Ide Kaum Wanita, Sebuah Desa Tua Dicat Biru Kini Jadi Tujuan Wisata Populer

Avatar of PortalMadura.Com
Ide Kaum Wanita, Sebuah Desa Tua Dicat Biru Kini Jadi Tujuan Wisata Populer
Desa Dicat Biru (BBC Indonesia)

PortalMadura.Com – Ide cemerlang dicetuskan para kaum wanita Desa Chefchaouen di Maroko. Desa tua yang awalnya tidak dikenal orang dan bukan desa persinggahan tapi saat ini menjadi tujuan wisata paling menarik disana.

Desa yang terletak di pegunungan Rif, bagian utara mendadak populer setelah kaum wanita membirukan desa dengan ‘cat biru’. “Warna biru di Chefchaouen baru dimulai 20 tahun lalu,” kata pemandu wisata setempat, Abdeslam Mouden, melansir dari BBC Indonesia, Senin (28/11/2016).

Dulunya, desa tersebut didominasi warna putih. “Menurut tradisi, hanya satu daerah di desa yang dicat warna biru, yaitu kawasan tua yang dihuni para pemeluk Yahudi. Sekarang, seluruh daerah di kota tua tersebut dicat tiga kali per tahun.” terangnya.

Tidak ada seorang pun yang yakin mengapa benteng pegunungan kecil ini bercat biru. Beberapa orang mengatakannya sebagai warna spiritual bagi umat Muslim dan Yahudi, namun sebagian orang meyakininya sebagai penghormatan kepada mata air pegunungan yang memungkinkan terbentuknya permukiman di sebuah lanskap yang tak ramah. Sebagian lain berpendapat warna biru mengusir nyamuk.

Tidak hanya para wanita yang memulai tradisi ini, tapi mereka juga melanjutkannya hingga kini dengan membentuk beberapa tim yang terdiri dari dua atau tiga orang untuk mengecat pada larut malam ketika penduduk Chefchaouen sedang tidur. Tak banyak tanda dari pekerjaan mereka pada keesokan harinya, selain cat yang mengering.

Anda bisa berjalan-jalan di Chefchaouen untuk melihat seberapa tinggi seorang pengecat dapat menjangkaunya: lantai dasar diwarnai dengan cermat tapi di bangunan-bangunan bagian atas sering kali berwarna putih orisinal atau batu asli.

Sama seperti di sebagian besar kota di Maroko, kawasan tua Chefchaouen penuh dengan gang-gang yang membingungkan. Jika Anda menemukan jalan utama yang juga dicat, itu pertanda Anda tiba di sebuah jalur yang akan mengarah ke gang buntu.

Pada saat matahari bergerak melintas di langit -menyinari beberapa kawasan Chefchaouen sementara daerah lainnya dalam bayang-bayang- rona warna biru di desa tersebut terlihat berubah. Di alun-alun di bawah langsung sinar matahari, warnanya menjadi biru kutub atau biru cornflower.

Tapi di jalan-jalan sempit, bayangan yang lebih ringan berubah membuatnya menjadi biru safir, nila, dan biru laut.

Tidak seluruh desa bercat biru. Benteng bersejarah mempertahankan nuansa warna oranye kemerah-merahan di batu aslinya, dan masjid di sebelahnya tetap berwarna putih, “tapi ini hanya karena belum ada yang mengecatnya,” kata Mouden.(bbcindonesia.com)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.