PortalMadura.Com – Sejak diberlakukannya Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) pada 29 Juni 2023, industri karet Thailand harus memastikan rantai pasokannya bebas dari deforestasi untuk memenuhi standar keberlanjutan. Thailand, sebagai pemasok karet terbesar kedua ke Uni Eropa, menghadapi tekanan besar agar ekspornya memenuhi regulasi ini. KOLTIVA berperan mendukung perusahaan karet di Thailand untuk memenuhi persyaratan tersebut, yang turut berdampak positif pada keberlanjutan sektor karet secara keseluruhan.
EUDR menetapkan bahwa produk yang masuk ke pasar Uni Eropa harus bebas dari bahan baku yang bersumber dari lahan yang mengalami deforestasi sejak akhir 2020. Menghadapi tantangan ini, terutama bagi produsen kecil, KOLTIVA telah membantu lebih dari 38.000 produsen terdaftar dan 100.000 plot lahan terverifikasi untuk memenuhi standar ini melalui solusi teknologi dan pelatihan, sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Otoritas Karet Thailand (RAOT) telah memetakan sekitar 3,1 juta hektar perkebunan karet untuk memastikan kesesuaian dengan EUDR, namun banyak produsen kecil yang belum terdaftar dan belum memiliki sertifikat lahan, yang menjadi kendala utama dalam mematuhi regulasi ini. Melalui solusi seperti pemetaan rantai pasok, pelatihan, dan ketertelusuran, KOLTIVA tidak hanya membantu perusahaan patuh terhadap EUDR, tetapi juga meningkatkan inklusi petani kecil ke dalam rantai pasok yang lebih berkelanjutan.
Pendekatan terintegrasi KOLTIVA, termasuk sistem traceability KoltiTrace, memungkinkan perusahaan di Thailand memantau rantai pasok secara menyeluruh dan memastikan komitmen mereka terhadap praktik keberlanjutan. Selain itu, layanan pengembangan kapasitas seperti KoltiSkills dan KoltiVerify memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan terlibat dalam proses kepatuhan dengan efektif, yang memperkuat posisi industri karet Thailand di pasar global.