PortalMadura.Com – Pasar saham Indonesia, yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), telah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir, termasuk penghentian perdagangan singkat setelah IHSG anjlok lebih dari 5% ke level 6.076,08 pada 18 Maret 2025. Namun, indeks tersebut pulih seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah, yang mendorong investor untuk mencari alternatif investasi, salah satunya adalah kripto.
Wan Iqbal, CMO Tokocrypto, mencatat bahwa meskipun dinamika pasar saham dan aset safe haven seperti emas dan Bitcoin berbeda secara signifikan, volatilitas Bitcoin lebih dapat diprediksi. Ia menjelaskan bahwa penurunan nilai Bitcoin sebesar 5-10% setiap hari adalah hal yang biasa, tetapi perubahan sebesar 5% pada IHSG, yang mewakili perusahaan-perusahaan papan atas Indonesia, dapat berdampak besar. Menurut Iqbal, IHSG merupakan indikator penting perekonomian nasional, yang mencerminkan kepercayaan investor dan stabilitas ekonomi.
Dengan ketidakpastian pasar yang menyelimuti bursa saham, diversifikasi investasi dipandang sebagai langkah yang bijaksana untuk memastikan stabilitas keuangan. Mata uang kripto menawarkan alternatif yang menarik, terutama dengan tersedianya stablecoin, aset digital yang nilainya dikaitkan dengan mata uang stabil seperti Dolar AS atau emas. Hal ini menawarkan titik masuk yang lebih aman bagi investor baru yang ingin menghindari volatilitas ekstrem yang umum terjadi pada mata uang kripto lainnya.
Pertumbuhan pasar kripto Indonesia juga terlihat dari data transaksinya yang mengesankan. Direktorat Jenderal Pajak Indonesia melaporkan penerimaan pajak dari transaksi mata uang kripto mencapai Rp1,21 triliun hingga Februari 2025. Hal ini menandai peningkatan volume transaksi yang stabil, dengan total transaksi kripto mencapai Rp44,07 triliun pada Januari 2025, meningkat 104% dari tahun sebelumnya. Meskipun ada tantangan di pasar global, lintasan positif sektor ini menyoroti kepercayaan investor yang kuat.