PortalMadura.com, Jakarta – Menjelang bulan Ramadhan yang tinggal kurang dari 25 hari lagi, konsumsi masyarakat Indonesia, terutama dalam sektor makanan, diprediksi akan meningkat. Tradisi berbuka puasa bersama dan berbagi takjil menjadi momen penting, di mana banyak orang berkumpul untuk menikmati hidangan. Hal ini turut mendorong pertumbuhan industri kuliner, baik di sektor Horeka (Hotel, Restoran, dan Katering) maupun UMKM. Dalam beberapa tahun terakhir, tren ini bahkan melibatkan berbagai kuliner internasional, seperti nasi mandhi dan sushi yang memerlukan bahan baku beras khusus dari luar negeri.
Beras-beras impor seperti Basmathi dan Japonica, yang digunakan untuk masakan Timur Tengah dan Jepang, menjadi pilihan populer meskipun jarang dibudidayakan di Indonesia. Kebutuhan akan beras khusus ini pun semakin tinggi menjelang Ramadhan, karena banyak hotel, restoran, dan UMKM yang mengadaptasi menu berbahan baku beras impor tersebut. Namun, hal ini menjadi masalah mengingat pemerintah mengatur kuota impor beras khusus, yang belum juga diputuskan hingga awal Februari 2025.
Imam Suyudi, General Manager PT. Sodara Tani Sentosa, mengungkapkan kekhawatirannya tentang pasokan beras khusus yang semakin menipis. Mengingat bahwa kuota impor beras biasanya habis pada akhir tahun, dia berharap pemerintah segera memutuskan kuota impor untuk mencegah kelangkaan yang dapat mengakibatkan lonjakan harga. Keterlambatan pengambilan keputusan berpotensi mempengaruhi industri kuliner dan para pekerjanya.
Senada dengan hal tersebut, Firsyah, Manager PT. Dewa Tunggal Abadi, juga mengungkapkan keprihatinannya mengenai krisis pasokan beras khusus. Dia berharap agar pemerintah dapat segera memberikan kepastian kebijakan untuk menghindari gangguan yang dapat memengaruhi kelancaran operasional bisnis mereka, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.