PortalMadura.Com – Bukan menjadi hal yang asing lagi jika cincin pertunangan atau pernikahan disematkan di jari manis. Penempatan cincin ini pun bukan sembarangan, tetapi ada kisah menarik mengenai sebuah kepercayaan di balik proses sakral itu.
Dikutip PortalMadura.Com, Selasa (27/6/2017) pada laman liputan6.com, bahwa prosesi ini pertama kali dibawa oleh umat Kristiani pada abad ke-13 yang mengadopsi tradisi dari Paus Innocent III.
Menurut mereka, berdasarkan kepercayaan Yunani dan Romawi kuno, di jari manis ada pembuluh darah vena amoris yang mengarah langsung ke bagian jantung. Bahkan, mereka menyebut pembuluh darah vena amoris sebagai pembuluh darah cinta.
Nah sejak itulah muncul kepercayaan, cincin yang melingkar di jari manis saat tunangan maupun hari pernikahan, dapat menyatukan cinta kedua sejoli. Itu baru segi kepercayaan Romawi kuno. Lantas, bagaimana menurut penelitian ilmiah?.
Kebanyakan manusia lebih sering menggunakan tangan kanan untuk beraktivitas dibanding tangan kiri. Hal ini membuat cincin tidak mudah tergores atau tidak mudah rusak.
Sedangkan jari manis, apabila dibanding empat jari lainnya, hampir tidak pernah digunakan untuk melakukan kegiatan apa pun. Dengan begitu, pasangan tidak perlu takut cincin pernikahan miliknya bakal hilang atau rusak. (liputan6.com/Salimah)