PortalMadura.Com, Sampang – Mengenang satu tahun kepergian almarhum guru Achmad Budi Cahyanto yang meninggal dunia akibat penganiayaan siswanya sendiri, diperingati dengan cara unik oleh pihak keluarga bersama Komunitas Perupa Sampang (KPS).
Karya seni lukisan almarhum guru Budi, sapaan akrab Achmad Budi Cahyanto dipajang pada pameran kolaboratif dengan mengusung tema ‘Akoe’ di gedung kesenian setempat.
Satuman, selaku orang tua almarhum guru Budi mengaku ingin menggugah kader bangsa melalui peninggalan almarhum yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan manusia, yakni berupa karya seni lukisan yang tersirat makna kehidupan.
“Melalui karya lukisan, hidup ini tak harus berwujud dalam bentuk kepastian. Kami yakin di balik harapan semata, ada hal berwujud kebahagiaan meliputi jiwa raga keluarga,” katanya, Sabtu (26/1/2019).
Setapak demi setapak, Satuman selalu berupaya berjuang guna mewujudkan asa yang lama terpendam dalam jiwanya. Ia dirundung pilu, getir, susah, duka, merana, dan derita menjerit tanpa suara.
“Karya kami khususnya karya almarhum Budi mencoba memberikan kesadaran terhadap diri keluarga dengan orang lain. Jika hidup ini sangat dinamis dan harus luwes,” tuturnya.
Ketua Komunitas Perupa Sampang (KPS), Chairil Alwan menyampaikan, pameran lukisan bertema ‘Akoe’ yang dikemas Satuman dan putranya, almarhum Budi bukan berarti simbol ke-aku-an. Namun, eksistensi karya yang bermakna sebuah harapan untuk memberikan keyakinan kepada semua lapisan.
Utamanya bagi penikmat seni, pemerhati seni, para seniman dan masyarakat luas.
“Selama hidup kita berkarya. Pada saat tiada pun karya kita tetap hidup, bicara tentang siapa diri kita hingga memberikan inspirasi dan bermanfaat untuk semua kalangan,” sambungnya.
Almarhum Achmad Budi Cahyanto (27), guru seni SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, menjadi korban penganiayaan hingga meninggal dunia di tangan siswanya sendiri, pada 1 Februari 2018 lalu.(Rafi/Putri)