PortalMadura.Com – Salah satu pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur, Nyai Hj. Sofie Al Widad mengungkapkan, bahwa Idul Fitri memiliki keterikatan makna dengan tujuan akhir yang ingin diraih dari pelaksanaan kewajiban berpuasa.
“Yaitu, menjadi insan yang bertakwa, tentunya setelah melaksanakan serangkaian ibadah tarawih, tadarus, qiyamullail (salat malam), dzikrullah (mengingat Allah), sedekah, dan zakat,” kata Nyai Sofie, sapaan akrab Sofie Al Widad, pada PortalMadura.Com via WA, Selasa (5/7/2016).
Menurutnya, Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat Islam yang benar-benar menjalankan ibadah puasa dan amal kebajikan, serta mampu menundukkan hawa nafsu, dan juga amarah.
Ia menjelaskan, Idul Fitri merupakan penggabungan kata “Ied” yang artinya perayaan dan “Fitri” yang artinya berbuka. “Jadi, Idul Fitri bisa diartikan sebagai hari berbuka secara massal setelah sebulan lamanya menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan,” ujarnya.
Nyai Sofie memaparkan, kebahagiaan yang dirasakan pada saat menjelang waktu berbuka puasa di waktu maghrib selama sebulan, seakan dimanifestasikan pada tanggal 1 Syawal di hari raya Idul Fitri. Karena hari raya Idul Fitri merupakan hari “Yaumu aklin wa syurbin wa bahjatin”, makan dan minum dan bersuka cita.
“Untuk itu, diharamkan bagi umat Islam untuk berpuasa pada saat hari raya Idul Fitri,” tegasnya.
Namun, sambungnya, suka cita di sini bukan berarti berfoya-foya, tapi lebih pada bersuka cita yang bernilai ibadah.
Menyajikan hidangan untuk tamu semampunya, niat untuk berbagi. Saling berkunjung atau silaturrahim dengan memakai pakaian yang terukur dengan kemampuan ekonominya, bukan karena mengejar gaya hidup agar dikatakan wah.
“Silaturrahim sendiri selain ingin bermaaf-maafan, sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yang mempunyai keutamaan ; pertama, dilapangkan rizkinya dan kedua, dipanjangkan umurnya,” urainya.
Dikatakan, jika dilihat dari pemahaman psikologi, dengan silaturrahim bisa membangun relasi bisnis, memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkat rasa kebersamaan dan kekeluargaan.
“Dengan kebersamaan bisa bercanda dan tertawa, saling mencurahkan rasa kerinduan dengan sanak keluarga, maka kebahagiaan itu akan menghilangkan sedih, menundukkan rasa ego. Dengan demikian, akan memperpanjang usia,” tandasnya.
Ia pun menyampaikan, selamat berlebaran 1 Syawal 1437 Hijriyah, mohon maaf lahir dan batin.(Hartono)