OJK: Stabilitas Keuangan Terjaga di Tengah Volatilitas Pasar

Avatar of PortalMadura.Com
OJK: Stabilitas Keuangan Terjaga di Tengah Volatilitas Pasar
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat berbicara di Bursa Efek Indonesia pada 31 Agustus 2017. (Megiza Asmail - Anadolu Agency)

PortalMadura.Com, – Otoritas Jasa seusai Rapat Dewan Komisioner di Jakarta, Rabu, mengatakan stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dalam kondisi terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang dipicu sentimen negatif dari eskalasi perang dagang AS dan Tiongkok.

Ketua Dewan Komisioner Wimboh Santoso mengatakan perekonomian global juga menghadapi tantangan berkurangnya likuiditas, seiring dengan berlanjutnya normalisasi kebijakan The Fed dan inflasi Personal Consumption Expenditure AS Juni 2018 yang telah mencapai target sebesar 2 persen.

“Perkembangan ini menyebabkan tekanan di pasar keuangan global, khususnya di emerging market,” ungkap Wimboh. dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (25/7/2018)

Sejalan dengan perkembangan kondisi global tersebut, pasar keuangan domestik juga mengalami tekanan. IHSG pada Juni 2018 melemah sebesar 3,08 persen dan ditutup di level 5.799,2 dengan investor nonresiden mencatatkan net sell sebesar Rp9,1 triliun.

“Namun, memasuki Juli 2018 tekanan sedikit mereda,” ujar dia.

IHSG pada 24 Juli 2018 ditutup di level 5.931,8 atau tumbuh 2,29 persen sejak awal Juli 2018, dan mencatatkan net buy investor nonresiden sebesar Rp795 miliar, meski jika dihitung sejak awal 2018 masih mencatatkan net sell sebesar Rp50,2 triliun.

Selanjutnya, Wimboh mengatakan pada pasar SBN, yield SBN per Juni untuk tenor jangka pendek, menengah, dan panjang masing-masing naik sebesar 44,0 bps, 79,3 bps, dan 55,1 bps. Investor nonresiden mencatatkan net sell di pasar SBN sebesar Rp3,6 triliun.

“Di tengah tekanan ke pasar keuangan domestik tersebut, kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada Juni 2018 secara umum masih terjaga walaupun turut mengalami moderasi,” lanjut dia.

Untuk piutang pembiayaan sampai Juni 2018, ungkap Wimboh, tumbuh 5,18 persen (yoy) lebih rendah dari Mei yang tumbuh 6,37 persen (yoy). Premi asuransijiwa dan asuransiumum/reasuransimasing-masing tumbuh sebesar 29,4 persen (yoy) dan 15,9 persen (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan kredit perbankan Juni 2018 mengalami peningkatan sebesar 10,75 persen (yoy) lebih baik dari Mei yang tumbuh 10,26 persen (yoy). Sedangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 6,99 persen (yoy), membaik dari Mei yang tumbuh 6,47 persen.

Di pasar modal, penghimpunan dana sampai dengan Juni 2018 mencapai Rp108 triliun. Emiten baru tercatat sebanyak 31 perusahaan atau lebih banyak dibanding posisi Januari-Mei 2018 sebesar 18 perusahaan. Selanjutnya, total dana kelolaan investasi hingga Juni 2018 mencapai Rp706,2 triliun.

“Di tengah sentimen yang mewarnai pasar keuangan domestik, risiko Lembaga Jasa Keuangan [risiko kredit, pasar, dan likuiditas] masih terjaga pada level yang manageable,” aku Wimboh.

Hal ini ditunjukkan dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan sebesar 2,67 persen lebih rendah dari Mei 2018 sebesar 2,79 persen dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 3,15 persen, sedikit meningkat dari Mei yang saat itu sebesar 3,12 persen.

Sementara itu, permodalan lembaga jasa keuangan menurut dia juga terjaga dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan sebesar 21,91 persen serta Risk Based Capital (RBC) asuransiumum dan asuransijiwa masing-masing sebesar 333 persen dan 455 persen.(AA)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.