PortalMadura.Com, Jakarta – Peneliti mengungkapkan bahwa hoaks soal Suriah menyebar ke Indonesia dan digunakan oleh gerakan ekstrem yang menuntut berdirinya khilafah di Nusantara.
Peneliti Timur Tengah Dina Sulaiman menceritakan pada 2011 tersebar foto-foto di beragam media sosial yang menyebutkan pembantaian di Suriah, diiringi seruan agar khilafah ditegakkan di Indonesia.
Foto itu, lanjut Dina, berupa gambar seorang perempuan dengan genangan darah, bayi di antara reruntuhan dan foto anak kecil mati.
“Saya coba cek pakai Google Image, ternyata hoaks, itu bukan terjadi di Suriah tapi di Palestina” ujar Dina, dalam diskusi Prahara Suriah: Hoaks, Media Sosial dan Perpecahan Bangsa, Jumat, di Jakarta.
Selain itu, lanjut Dina, tersebar juga foto kursi listrik yang menyebutkan bahwa kursi itu digunakan Pemerintah pimpinan Bashar Al-Assad untuk menyiksa kaum Sunni di Suriah.
Setelah dicek, imbuh Dina, ternyata lokasi foto kursi itu di Spanyol.
Bahkan konflik Sunni-Syiah seperti yang digembor-gemborkan kelompok ekstrem di Indonesia, ujar Dina, juga tidak terjadi di Suriah. dilaporkan Anadolu Agency, Minggu (20/1/2019).
Informasi hoaks soal Suriah itu, kata Dina, masih kerap tersebar di berbagai media sosial hingga kini.
Hoaks di Suriah, menurut Dina, diproduksi secara global dengan biaya mahal. Bahkan kampanye informasi hoaks itu dilakukan dengan perusahaan Public Relation.
Di Indonesia, kata Dina, narasi serupa bermunculan. Orang Indonesia membenci Pemerintahan Suriah pimpinan Assad namun kebencian itu ditumpahkan ke orang Indonesia.
“Ada perubahan perilaku, mereka sering mendengar orang Suriah bilang ‘gantung, gantung' dan menduplikasi kata serupa secara verbal di Indonesia,” ujar Dina.
“Walaupun baru secara verbal, ini proses radikalisasi, kebencian yang berasal dari hoaks,” sambung Dina.
Meski belum sampai melakukan aksi teror dan baru sampai pada tahap radikal, menurut Rina, fenomena itu tetap saja berbahaya karena memicu perpecahan bangsa. (AA)