PortalMadura.Com, Sumenep – Ada nuansa berbeda di Pondok Pesantren Al Bajigur Dusun Neggara, Desa Tenonan, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Pondok yang dirintis akhir tahun 1995 oleh KH. Abdurrahman itu, santrinya ada dibangunan bertingkat, namun pengasuhnya tetap ada di rumah gedek (terbuat dari anyaman bambu) dan beratap ilalang.
Rumah gedek itu dibangun hasil swadaya masyarakat setempat sebelum KH. Abdurrahman mendirikan pondok pesantren. Kini, para tamu juga ditemui di rumah gedek ukuran 6×4 meter itu.
Pengasuh pondok yang satu ini juga senang dengan alat-alat kerja pertanian dan alat-alat nelayan yang melambangkan kehidupan masyarakat sekitar.
Tak ayal jika di dinding rumahnya terdapat banyak alat-alat kerja warga sekitar yang dijadikan hiasan, semisal alat membajak sawah, jaring, “keleles” kerapan sapi dan lain-lain.
Lantai kediaman kiai nyentrik ini, juga sangat sederhana. Tidak menggunakan keramik seperti kamar pondok para santri.
Kamar istirahatnya terlihat sempit, karena bagian depan dikemas menjadi ruang tamu. Hanya ada bantal dan tikar terbuat dari anyaman daun siwalan.
“Saya lebih nyaman ada di rumah ini. Kalau istirahat juga lebih tenang,” kata KH. Abdurrahman pada PortalMadura.Com.
Sementara, kamar pondok yang dihuni ratusan santri sudah modern. Selain bertingkat, juga menggunakan keramik. Bangunan termegah ada pada masjid yang terletak ditengah-tengah pondok pesantren.(Moh. Hartono – bersambung)