PortalMadura.Com, Pamekasan – Hasil panen jagung setiap tahun di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, sangat rendah apabila dibandingkan dengan produktifitas jagung secara Nasional.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Tanaman Holtikultura Pamekasan, Isye Windarti menjelaskan, untuk hasil panen petani selama ini hanya antara 2 sampai 3 ton per hektar. Padahal, apabila dibandingkan secara Nasional sudah mencapai 6 ton per hektare dan Jawa Timur sudah di atas 4 sampai 5,5 ton per hektar.
“Faktor salah satunya karena petani masih menggunakan bibit jagung lokal, tidak menanam jagung hibrida. Padahal, kalau menanam jagung hibrida, produktifitasnya lebih banyak, ” katanya, Senin (15/10/2018).
Dikatakan, alasan petani tetap bertahan dengan jagung lokal meskipun hasilnya sedikit lantaran kondisi lahan yang tidak mendukung. Kemudian alasan lainnya adalah jagung lokal lebih harum dan nikmat apabila dimasak, berbeda dengan jagung hibrida.
“Selain itu, paradigma petani Madura dalam menanam jagung hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selama satu musim. Lebih dari kebutuhan pribadi, langsung dijual,” tandasnya.
Dia menerangkan, bagi tanah yang irigasinya bagus sangat cocok menanam jagung hibrida. Sementara bagi tanah yang hanya mengandalkan air tadah hujan lebih baik ditanami jagung lokal untuk menjaga produktifitas jagung.
“Kami terus lakukan sosialisasi kepada Masyarakat mendorong untuk menanam jagung hibrida. Asumsi petani di bawah bahwa jagung lokal lebih awet disimpan dalam waktu panjang dan rasa nasi jagung lokal lebih nikmat dari jagung Hibrida,” tutup Isye. (Marzukiy/Anek)