Waduh! Sejumlah Benda Bersejarah di Museum Keraton Sumenep Raib

Avatar of PortalMadura.Com
Waduh! Sejumlah Benda Bersejarah di Museum Keraton Sumenep Raib
Cangkir, Vas Bunga dari China, Jam jam standing (Istimewa)

PortalMadura.Com, – Sejumlah benda yang mempunyai nilai bersejarah di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, kini tidak ada di , Jl. dr. Sutomo No.6, Pajagalan, Kota Sumenep.

Benda yang saat ini dipertanyakan keberadaannya oleh banyak kalangan, antara lain, seperangkat kleningan, blangkon berbahan kulit hewan, jam standing (jam berdiri/jam lemari), rompi Onto Kusumo dari bahan kulit kerbau, kitab kuno, cangkir dan benda mirip vas bunga bergambar kupu-kupu berasal dari China.

Waduh! Sejumlah Benda Bersejarah di Museum Keraton Sumenep Raib
Blangkon Kulit (Istimewa)
Waduh! Sejumlah Benda Bersejarah di Museum Keraton Sumenep Raib
Baju Ontokusumo dari kulit kerbau (istimewa)
Waduh! Sejumlah Benda Bersejarah di Museum Keraton Sumenep Raib
Kitab Konu (Istimewa)
Waduh! Sejumlah Benda Bersejarah di Museum Keraton Sumenep Raib
Cangkir dan vas bunga dari China (Istimewa)

“Barang-barang itu tidak ada di tempat. Seharusnya diselamatkan dan diinventarisir,” kata salah seorang sejarawan muda Sumenep, R. Tadjul Arifin, pada PortalMadura.Com, Minggu (2/7/2017).

Ia menduga masih banyak barang-barang lainnya yang tidak ada di tempat. “Bisa saja masih ada barang-barang berharga lainnya yang pindah tempat. Tapi, pindahnya tidak tahu ada dimana,” ujar pria yang juga salah satu anggota tim ahli cagar budaya Kabupaten Sumenep ini.

Selain itu, Tadjul juga menduga ada benda-benda tiruan yang sengaja dibuat sebagai gantinya, dan yang asli tidak tahu kemana. “Saya masih mempertanyakan keaslian dari kereta kencana itu. Sebagian kayunya saya meragukan,” ucapnya.

Tidak hanya itu, sejumlah patung yang masuk cagar budaya dan seharusnya diselamatkan juga tidak tampak di Museum, hanya ada beberapa saja.

Bahkan, ia juga mengkritisi sejumlah bangunan liar yang ada di areal , seperti bangunan di bagian barat dari Pendopo Agung Keraton. “Itu kan bangunan baru, seharusnya tidak ada bangunan lain di sana. Tapi, kenapa dibangun,” kata Tadjul mempertanyakan.

Menurutnya, usaha penyelamatan dan penempatan benda-benda museum yang sesuai dengan estetika tidak diperhatikan oleh pengelola museum. “Misalnya, meriam ditempatkan pada bukan tempatnya. Kan malu kita kalau ada tamu yang mengerti soal benda-benda bersejarah. Apalagi banyak yang tidak ada di tempat,” tandasnya.

Ditengah keprihatinannya itu, Tadjul mengusulkan agar pemerintah daerah mengumpulkan kerabat Keraton untuk menginventarisir semua situs sejarah yang masuk cagar budaya, baik benda maupun non benda.

“Ini penting dilakukan untuk merestorasi keberadaan Keraton, maupun masjid Jamik dan Asta Tinggi (makam raja-raja) yang merupakan bagian dari kekayaan Sumenep,” ungkapnya.

Kerabat Keraton yang dimaksud Tadjul, antara lain, Perfas, Yayasan Panembahan Somala, Wakaf Panembahan Somala, Yapasti, Pemangku Adat Keraton dan pihak Takmir Masjid Jamik .

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Sumenep, Sufiyanto, yang bertanggungjawab atas keberadaan Museum Keraton Sumenep, sulit dihubungi via telepon.(Hartono)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.