Waspada! Jangan Sering Unggah Foto Anak, Ini Dampaknya

Avatar of PortalMadura.com
Waspada! Jangan Sering Unggah Foto Anak, Ini Dampaknya
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Memposting atau mengunggah foto anak di media sosial sudah menjadi hal lumrah yang biasanya dilakukan oleh orang tua modern. Pasalnya, dengan mengabadikan momen tersebut orang tua bisa menunjukkan tumbuh kembang si kecil.

Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan tersebut memiliki dampak tertentu apabila dilakuakan secara berlebihan?. Ya, tidak selamanya sikap ini baik untuk perkembangan anak. Karena, jika Anda terlalu sering mengunggah setiap kegiatan anak bukan tidak mungkin akan menimbulkan kecemburuan sosial bagi orang lain atau bahkan akan menimbulkan efek tertentu saat si kecil dewasa nanti.

Sebagaimana disampaikan oleh psikolog anak, Elizabeth Santosa, usai acara Cussons Bintang tentang upload foto anak di media sosial. “Disebut overexpose, biasanya yang nilai orang lain juga. Kalau foto anak-anak sebenernya nggak ada masalah, cuma gunanya apa sih. Semua upload itu nggak ada maksudnya. Satu, jangan sampai menimbulkan kecemburuan, kadang-kadang foto lagi liburan ke mana, itu sebenarnya nggak apa-apa, tapi balik lagi jangan sampai menimbulkan kecemburuan. Tapi kita harus peka dong,” ungkapnya.

Menurut Lizzie, panggilan akrabnya, mencintai anak itu bukan berarti memprioritaskan anak dalam arti segala sesuatu diperlakukan sebagai raja dan ratu. “Itu nanti biasanya kalau kita perlakukan seperti itu akan shock saat remaja,” tambahnya.

Pada kenyataannya, hal ini kerap dirasakan juga oleh fotografer profesional, Roy Genggam yang telah berpengalaman memotret lebih dari puluhan anak. Di sepanjang perjalanannya sebagai fotografer, ia banyak menemukan orang tua yang ambisius.

“Anak itu dipaksa sampai mereka kadang suka nangis. Terus biasanya saya nggak tega. Maka itu di studio, saya siapin fasilitas buat anak-anak, supaya mereka nggak merasa tertekan. Takutnya begitu dia tertekan sekali, ada situasi pemotretan sampai gede tuh trauma sama pemotretan,” terang Roy.

Pendapat yang sama disampaikan juga oleh Lizzie, tentunya ‘pemaksaan' ini dapat menimbulkan trauma bagi anak. Di samping itu, anak justru akan ketagihan berfoto tanpa melihat situasi atau kondisi, dan tempat di mana ia berada.

“Sebenernya nggak masalah cuma kadang-kadang bisa ‘foto dong' nggak pada tempatnya. Contoh, di pemakaman. Anything too much is never good. Jadi anak harus tahu tempat-tempatnya, kapan difoto, kapan nggak,” kata Lizzie. (detik.com/Putri)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.