Anak Suka Memukul Ketika Bertengkar, Kenapa?

Avatar of PortalMadura.com
Anak Suka Memukul Ketika Bertengkar, Kenapa
Ilustrasi (Grid.ID)

PortalMadura.Com – Bermain adalah kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak. Di sela permainannya itu, kadang anak merasa bosan sehingga meluapkan perasaannya dengan cara ribut antar teman atau saudaranya.

Bahkan, ada yang sampai saling pukul karena sudah sama-sama emosi dan tidak bisa mengontrol perasaannya. Kejadian ini sebenarnya sudah biasa atau wajar terjadi pada anak-anak di masanya. Tapi, apabila perilaku ini tetap dibiarkan berlanjut ditakutkan akan menjadi biasa.

Akibatnya, di usianya yang semakin berkembang, anak akan terbiasa memukul pada anak lain ketika dirinya kesal. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui penyebabnya sehingga tahu cara penanganannya. Lalu, kenapa anak-anak sering memukul saat berantem?.

Untuk mengetahui penyebabnya, yuk simak penjelasan para ahli berikut seperti dilansir PortalMadura.Com, Sabtu (11/1/2020) dari laman Haibunda.com:

Padahal, saling pukul bisa mengganggu kebahagiaan keluarga. Demikian yang dituliskan psikolog Lynne Kenney dan konsultan kesehatan mental anak usia dini Wendy Young dalam bukunya yang berjudul 50 Panduan Mengasuh Anak yang Sulit Diatur.

“Memukul adalah cara anak-anak menyampaikan perasaan dan pengalaman sensorik internal mereka. Ketika anak-anak mulai memukul, perilaku mereka memberitahu kita bahwa mereka tidak memiliki cara lain untuk memecahkan masalah,” kata Kenney.

Namun, tidak semua anak yang memukul karena penyebab yang sama, Bun. Kata Kenney, beberapa anak ada yang memukul pada saat bahagia. Maksudnya, anak yang pukul orang di sekitarnya itu tidak selalu menunjukkan amarahnya tapi sebenarnya ia meminta bantuan orang tua.

“Mengamati bahasa tubuh, ruang, dan kata-kata anak membantu Anda memberinya perilaku alternatif sebelum terjadi tindakan pemukulan,” ujar Kenney.

Dalam banyak kasus, kata Kenney, memukul merupakan bentuk komunikasi karena anak merasakan sesuatu yang tidak benar. Salah satunya anak merasa wilayah atau ruang mereka telah diserang.

Untuk itu, agar ia tidak terbiasa memukul ketika terjadi hal demikian maka bicaralah dengan anak-anak tentang menggunakan badan yang baik dan aman. Dengan diberi arahan, kemungkinan ia akan lebih mengerti dan paham.

Kenney bilang, orang tua bisa menunjukkan arti ruang pribadi ke anak-anak dengan memintanya mengangkat siku kanan dan kiri di samping badan. Caranya, tunjukkan kepada anak-anak, ketika bermain mereka harus tetap berada pada jarak selebar siku.

Kalau anak gampang lepas kendali, Kenney mengatakan, orang tua perlu menjadi otaknya. Korteks otak anak kecil belum berkembang. Ini artinya, anak sulit berpikir alternatif lain yang bisa diterima sosial ketika ingin mendapat mainan yang disukai.

Maksud meminjamkan korteks ini, kata Kenney, yakni pengendalian bersama dengan membantu anak mempelajari keterampilan memecahkan masalah, sambil mencontohkan sikap yang tenang dan santai.

“Pada dasarnya, anak Anda dibajak oleh otak emosionalnya. Dia ingin mendapatkan sesuatu saat itu juga. Dia melakukan tindakan fisik sebagai jalan tercepat untuk mewujudkan keinginannya,” katanya.

Baca Juga : 7 Cara Cerdas Atasi Anak yang Suka Mukul

Sementara itu, Pendiri Situs Gentleparenting yang juga Spesialis Metode Gentle Parenting, Sarah Ockwell-Smith menjelaskan, anak-anak akan memukul atau menendang jika ada yang memicu mereka. Anak akan memasuki mode fight or flight dan tubuh anak dibanjiri bahan kimia yang mendorong untuk berkelahi, ketimbang menghindar.

“Ketika anak-anak berada dalam keadaan ini, tidak ada gunanya mencoba berbicara tentang perilaku mereka. Kondisi siaga tinggi yang mereka alami akan menghambat kemampuan anak untuk mendengarkan orang tua dan merasionalisasi perilaku mereka,” kata Sarah.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.