Begini Tips Kendalikan Amarah dalam Alquran dan Hadis

Avatar of PortalMadura.com
Begini Tips Kendalikan Amarah dalam Alquran dan Hadis
ilustrasi

PortalMadura.Com – Salah satu sifat buruk yang ada pada diri manusia, yaitu . Selain merusak jiwa, sifat buruk ini juga dapat mengganggu kesehatan raga. Hal ini, sudah banyak dibuktikan oleh penelitian yang menguatkan adanya hubungan kebiasaan marah dengan gangguan jantung.

Seseorang yang sering marah sudah menjadi gaya hidupnya akan sangat rentan terkena gangguan pada jantung. Oleh karena itu, pantas jika banyak ayat Alquran dan yang menyuruh mengendalikan amarah.

Sebagaimana firman Allah SWT: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran : 134).

Rasulullah beberapa kali dimintai nasihat oleh seorang laki-laki. Beberapa kali juga beliau menjawab, “Janganlah engkau marah” (HR Bukhari).

Menurut Rasulullah, kekuatan seseorang tidak diukur dari kekuatan fisiknya, tapi lebih karena kemampuannya mengendalikan amarah. Beliau bersabda: “Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, melainkan orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah” (HR Bukhari dan Muslim).

Selain itu, Rasulullah tidak hanya menyuruh mengendalikan amarah, tetapi juga memberi motivasi (targhib) bagi orang yang dapat melakukannya. Menurut Rasulullah, jika seseorang mampu mengendalikan amarahnya, maka ia akan terhindar dari siksa Allah SWT dan pada gilirannya akan dimasukkan ke surga-Nya.

Hal itu dikuatkan oleh hadis: “… Barang siapa yang mampu menahan amarahnya, Allah akan menahan siksa- Nya” (HR ath-Thabrani). “Kendalikanlah marah, maka kamu akan masuk surga” (HR ath-Thabrani).

Mengendalikan marah di sini, artinya mengelola potensi marah sehingga berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Prosesnya mirip dengan imunisasi. Potensi marah ibarat vaksin (virus yang dilemahkan). Ketika vaksin disuntikkan, tubuh tidak menghindar, tapi justru melawan dengan antibodinya sehingga menjadi kebal. Sehingga, ketika suatu saat tubuh terinfeksi oleh virus sejenis, ia tidak akan terpengaruh oleh bahaya virus itu karena sudah kebal.

Begitu pula dengan mengendalikan amarah. Potensi marah tidak dihindari, tapi dikelola melalui berpikir positif. Marah tidak dilampiaskan, tetapi ditahan. Upaya ini akan menghasilkan kekebalan jiwa terhadap potensi marah. Sehingga, jika sekali waktu potensi marah sejenis hadir, maka tidak akan membangkitkan marah, bahkan mungkin akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Hal ini menandakan bahwa penyakit marah sembuh.

Sayangnya, model mengatasi marah di atas berbeda dengan cara kebanyakan ilmuwan Barat dalam mengatasi keadaan marah. Sebagaimana seorang psikoanalisis, Sigmund Freud, mengatakan, bahwa kemarahan tidak boleh ditahan, tapi harus disalurkan. Menurutnya, emosi (kemarahan) yang tertahan dapat menyebabkan ledakan emosi berlebihan. Maka dari itu, diperlukan sebuah penyaluran atas emosi yang tertahan (katarsis).

Berdasarkan pengalaman, cara mengatasi marah seperti itu tidak mengobatinya, tapi hanya menurunkannya untuk sementara. Artinya, ketika kemarahan disalurkan, tensinya akan turun, bahkan akan hilang. Namun, jika satu saat sumber kemarahan itu ada lagi, kemarahan pun akan bangkit kembali. Wallahu A'lam. (republika.co.id/Salimah)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.