Di usianya yang menginjak kepala enam, Bu Sumrah tak bisa lagi berkompromi dengan kondisi fisik yang perlahan namun pasti terus menurun. Kondisi yang membuatnya tak kuat lagi berjualan jauh sambal berjalan kaki dari dusun ke dusun, terlebih dari desa ke desa. Akhirnya ia pun harus mencari tempat berjualan yang tak terlalu menguras fisik namun ramai pembeli.
“Membuat tajin sobih sendiri dari jam empat subuh sampai jam delapan pagi sudah terasa capek. Saya harus istirahat dulu. Setelah semua olahan dimasukkan dalam bakul barulah saya berangkat,” tuturnya kepada PortalMadura.Com beberapa waktu lalu.
Sehari-hari Bu Sumrah berjualan di trotoar depan Stadion Gelora Bangkalan. Lokasi yang terbilang strategis karena bisa dilihat banyak orang yang melintas di jalan poros depan stadion. Meski bukan tempat permanen, namun kesabaran serta kegigihannya berjualan tajin sobih mampu menjaring banyak pelanggan.
Setelah sampai dan menurunkan bakul, mulailah tangan cekatan Bu Sumrah melayani pembeli yang seolah tak sabar menikmati tajin sobih buatannya langsung di tempat atau dibawa pulang. Satu demi satu olahan berupa bubur putih, bubur coklat, bubur mutiara, kuah santan kental, serta siraman gula merah kental diletakkan pada wadah dari daun pisang.
Sesekali senyum tersungging dari bibir Bu Sumrah lantaran ulah usil dan jail pembeli. Namun suasana canda yang terbangun tak membuatnya lupa menakar kelima olahan sambil duduk di trotoar. Tangan kirinya menyangga wadah daun pisang, sedang tangan kanannya mengambil takaran tiap olahan di panci.
Laris Manis …
DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI
