Memahami Perbedaan dalam Berbangsa dan Bernegara

Avatar of PortalMadura.Com
Memahami Perbedaan dalam Berbangsa dan Bernegara
Muxls Handsome (Istimewa)

PortalMadura.Com – Manusia terlahir di dunia tak ada satu pun yang bercita-cita ingin menjadi orang yang dipandang buruk. Semua manusia sama ingin menjadi insan yang sempurna. Lantas kenapa ketika terlahir di muka bumi manusia malah banyak mengalami perbedaan? Itulah iradat Allah yang telah menjadikan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa tidak lain hanya untuk saling mengenal.

Perbedaan itu tercipta tatkala manusia itu menyatu dengan lingkungan. Entah lingkungan itu berupa keluarga, sekolah, organisasi, suku, bangsa dan atau Negara sekali pun. Itu semua berjalan lurus sesuai dengan apa yang telah dilihat, didengar, dibaca dan dirasakan oleh manusia itu sendiri.

Esensinya, manusia terlahir dalam keadaan fitrah. Namun demikian, banyak manusia yang memiliki perbedaan. Tidak hanya dalam ruang lingkup sosial saja, tapi juga dalam pandangan dan ideologi.

Ironisnya, dalam memahami perbedaan ini banyak individu atau kelompok yang tidak memiliki titik tumpu. Sehingga dengan sudut pandang yang mereka miliki berindikasi terhadap gesekan-gesekan sosial yang pada akhirnya muncul istilah minoritas dan mayoritas.

Jika pemahaman perbedaan ini ditujukan untuk persatuan bangsa, tentu jelas penggunaan sudut pandang harus seragam. Jangan berbeda. Munculnya perbedaan itu menurut penulis karena cara dalam memahami akan hal ini tidak sama.

Mereka menggunakan perspektif mereka masing-masing. Coba kalau seandainya menggunakan sudut pandang dari sisi humanis misalnya. Jangan menggunakan sisi suku ini, suku itu dan lain sebagainya. Maka tentu perbedaan itu bisa dipahami dengan baik tanpa harus ada yang dirugikan.

Dalam menyikapi perbedaan ini tentunya ada banyak cara. Namun yang paling dikenal adalah istilah eksklusif dan inklusif. Sikap eklusif itu ialah suatu sikap dimana seseorang tidak mau menerima perbedaan ini. Sedangkan sikap inklusif adalah kesediaan seseorang dalam menerima, menghargai dan memahami makna perbedaan itu sendiri.

Indonesia dikatakan Negara yang plural (majemuk) karena terdiri dari berbagai suku, ras, agama dan budaya. Sebagai warga Negara di republik ini kita harus bisa memahami dan menerima pluralitas itu sendiri. Kita tidak bisa menolak. Karena bentuk pluralitas di bumi pertiwi ini sudah berkembang sebelum kita lahir. Dan itu fakta.

Apakah dalam memahami perbedaan ini harus berfaham pluralisme? Jawabannya tentu tidak. Kenapa? Karena jika pluralisme itu diartikan untuk menyatukan agama dan menganggap semua agama itu benar, maka akan ditentang oleh penganut agama Islam.

Oleh karenanya, supaya perbedaan ini tidak saling bersenggolan maknailah arti perbedaan itu untuk menghargai satu sama lain. Jika perbedaan itu dalam ranah agama, maka maknailah untuk menghargai agama atau ibadah agama lainnya. Sikap menghargai inilah sebagai wujud sikap inklusif kita yang diajarkan oleh Islam. Dan Islam adalah agama yang mengajarkan kita untuk menghargai orang lain.(*)

Penulis: Oleh: Muxls Handsome
([email protected])

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.