Meniti Jejak dan Peninggalan Kereta Api Madura (Part-1)

Avatar of PortalMadura.com
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)

“Dulu peminat kereta api di Madura banyak sekali. Keberadaannya bahkan tak tergantikan oleh jenis transportasi darat lainnya. Kereta api juga dipakai untuk mengangkut garam serta hasil bumi dari Madura yang akan dijual di Surabaya. Tak salah apabila kereta api menjadi angkutan primadona,” terang Akyadi (43), Manager Kantor Pengusahaan Aset Madura PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Jalur Pamekasan-Sumenep Ditutup

Rangkaian kereta api saat melintas wilayah Telang, Bangkalan, Madura. (Foto: Istimewa)
Rangkaian kereta api saat melintas wilayah Telang, , Madura. (Foto: Istimewa)

Adalah Madoera Stoomtram Maatschappij, perusahaan kereta api milik Belanda, yang saat itu mengendalikan jaringan kereta api di Madura. Setelah beroperasi di tahun 1897, setahun kemudian (1898) mulai membuat jalur perlintasan dari Kamal hingga Kalianget. Pekerjaan diselesaikan dalam waktu sekitar tiga tahun (1898-1901).

Periodesasi pembukaan jalur kereta api di Madura adalah Kamal-Bangkalan (1898), Bangkalan-Tunjung (1899), Tunjung-Kwanyar (1900), Tunjung-Kapedi (1900), Kapedi-Tambangan (1900), Tambangan-Kalianget (1899), Kwanyar-Blega (1901), Tunjung-Sampang (1901), dan Sampang-Blega (1901). Pembukaan masing-masing jalur kereta api mengacu kepada nama-nama stasiun pemberhentian, yang sebagian besar sejajar dengan jalan raya di bagian selatan Pulau Madura.

“Pembukaan jalur kereta api sepanjang Madura dilakukan dengan sistem dua sisi. Saat beberapa jalur pendek dibuat di sekitar wilayah Kamal hingga Bangkalan, pembukaan jalur di Kalianget yang berlanjut ke arah barat mulai dikerjakan. Hingga akhirnya jalur perlintasan dari barat dan timur tersambung di suatu titik,” ujarnya kepada PortalMadura.Com beberapa waktu lalu.

Jalur yang pertama kali dibuat dari Pelabuhan Kamal menuju Bangkalan. Pembangunan rel perlintasan kemudian berlanjut ke wilayah Madura Timur hingga akhirnya Kamal dan Kalianget tersambung. Oleh karena jalur ini bentuknya melingkar, tahun 1913 dibuatlah shortcut atau jalur baru yang dapat memperpendek perjalanan.

Rute jalur perlintasan baru tersebut dari Kamal hingga Kwanyar melewati Batuporon dan Sukolilo (Lama). Kereta api dari arah Kalianget (Sumenep) yang menuju Kamal tak lagi harus memutar lewat Bangkalan, begitu pula sebaliknya. Waktu tempuh perjalanan kereta api pun lebih cepat.

Di awal-awal masa Jepang menduduki Indonesia, tepatnya tahun 1943, jalur kereta api Pamekasan hingga Kalianget (Sumenep) ditutup. Jalur di Pamekasan hanya terputus sebagian saja. Rel di sepanjang jalur tersebut dibongkar dan digunakan oleh Jepang untuk memperkuat persenjataan dalam Perang Pasifik (Perang Dunia II).

Di tahun yang sama Jepang menetapkan wilayah Batuporon sebagai basis pertahanan militer. Kawasan ini sangat vital, oleh karena berisi persenjataan serta pasukan militer. Batuporon dijaga ketat, tertutup untuk sarana transportasi umum, serta tak sembarang orang boleh masuk. Dampak dari penutupan ini, kereta api dilarang melewati jalur lintas Kamal-Kwanyar, atau sebaliknya, yang melewati Batuporon.

Sebagai penggantinya …Selengkapnya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.