Meniti Jejak dan Peninggalan Kereta Api Madura (Part-1)

Avatar of PortalMadura.com
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)

“Sebagai penggantinya, Jepang membuka jalur baru dengan rute Kamal-Telang-Sukolilo (Baru)-Kwanyar. Inilah jalur terakhir yang dibuat dalam sejarah perkeretaapian di Madura,” tegas pria yang sebelum hijrah ke Madura menjabat Manager Kantor Aset Sub Div 1.1 Aceh.

Mulai Ditinggalkan Penumpang

Rel kereta api di wilayah Torjun, Sampang, Madura. ( Foto: Istimewa)
Rel kereta api di wilayah Torjun, Sampang, Madura. ( Foto: Istimewa)

Pasca kemerdekaan, rute perjalanan kereta api lintas Madura tetap dari Kamal hingga Pamekasan. Jalur yang terputus dari Pamekasan hingga Kalianget (Sumenep) belum juga tersambung kembali hingga kini. Namun animo masyarakat Madura memanfaatkan sarana transportasi ini terbilang tinggi. Stasiun tak pernah terlihat sepi. Rangkaian gerbong selalu disesaki penumpang. Belum ada moda transportasi lain yang bisa menyaingi kereta api.

Saat itu angkutan kereta api terkoneksi dengan angkutan laut. Kedua sarana transportasi ini berada dalam satu induk instansi, yang saat itu bernama Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Dengan kata lain kepemilikan kapal fery sebagai moda transportasi laut yang menghubungkan Pelabuhan Ujung dengan Pelabuhan Kamal juga milik DKARI. Koneksitas kedua sarana transportasi juga terjadi di Selat Sunda (Merak-Bakahuni) serta Selat Bali (Ketapang-Gilimanuk).

Sebagai pengingat, DKARI adalah nama perusahaan kereta api pertama di Indonesia yang periodenya dari tahun 1945 hingga 1950. Nama ini kemudian berganti sebanyak lima kali, dengan periodesasi berbeda pula. Dari DKARI berubah menjadi Djawatan Kereta Api (DKA, 1950-1963), kemudian Perusahaan Nasional Kereta Api (PNKA, 1963-1971), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, 1971-1991), Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA, 1991-1998), dan terakhir PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI, 1998-sekarang).

Sesampainya di stasiun Kamal, penumpang dari segala penjuru Madura yang hendak melanjutkan perjalanan ke Surabaya langsung berganti ke sarana transportasi laut. Begitu pula sebaliknya, penumpang yang turun di pelabuhan Kamal langsung disambut kereta api yang akan mengantarkan ke tujuan masing-masing hingga stasiun terakhir di Pamekasan. Koneksitas antara dua jenis sarana transportasi juga terjadi di Pelabuhan Kalianget dan Pelabuhan Panarukan (Situbondo).

Seiring kemajuan zaman, kereta api kemudian tak lagi jadi pilihan utama. Kehadiran moda transportasi darat lainnya seperti bus, minibus, mobil pribadi, juga sepeda motor turut menjadi penyebab menurunnya animo masyarakat Madura bepergian menggunakan si ular besi. Perlahan namun pasti kereta api mulai ditinggalkan karena dianggap kurang efisien dari segi waktu tempuh.

“Masyarakat Madura mulai berfikir tentang kecepatan perjalanan serta ketepatan sampai di tujuan. Fakta yang kemudian tak bisa dihindari, jadwal perjalanan kereta api dikurangi. Operasional kereta api tidak berlangsung setiap hari. Hingga akhirnya operasional kereta api lintas Madura dihentikan pada tahun 1980,” cetus Akyadi.

Tahun 1986, Departemen Perhubungan … Selengkapnya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.