Meniti Jejak dan Peninggalan Kereta Api Madura (Part-1)

Avatar of PortalMadura.com
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)

Tahun 1986, Departemen Perhubungan (Dephub) mengumumkan restrukturisasi lembaga. Dalam struktur baru disebutkan Dephub membawahi empat Direktorat Jenderal (Dirjen). Masing-masing adalah Dirjen Perhubungan Darat, Dirjen Perhubungan Laut, Dirjen Perhubungan Udara, serta Dirjen Perkeretaapian. Secara otomatis pula terjadi pemisahan wewenang operasional antara kereta api dan kapal fery.

Bahan Bakar Kayu Jati

Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)
Lokomotif uap kode D-1608, salah satu yang pernah beroperasi di Madura. (Foto: Istimewa)

Awal-awal operasional kereta api lintas Madura menggunakan lokomotif uap, kemudian berganti dengan lokomotif diesel. Sayang, tak ada data atau dokumen yang menjelaskan periodesasi operasional, termasuk pula sistem dan jadwal perjalanan, dari kedua jenis lokomotif tersebut.

Kode D-1608, C-3117, serta C-2602 adalah tiga jenis lokomotif uap yang pernah dipakai di Madura. Bentuk dan model ketiga lokomotif uap masih terdokumentasi dan bisa dilihat di Kantor Pengusahaan Aset Madura PT. Kereta Api Indonesia (Persero), yang beralamat di Jalan Raya Kamal No.2 Kamal-.

Walau bentuk dokumentasi berupa foto berbingkai yang terpajang di tembok bagian dalam kantor, namun setidaknya telah memberi gambaran perihal wujud lokomotif uap yang digunakan saat itu. Foto berbingkai bergambar rel perlintasan, stasiun, serta jembatan kereta api juga menjadi pajangan.

Bahan bakar lokomotif uap menggunakan kayu jati. Jenis kayu berharga mahal ini dipilih karena panas yang dihasilkan tergolong stabil untuk mendukung operasional kereta api. Kayu jati didatangkan dari perkebunan jati milik Belanda yang ada di Semarang, juga lewat angkutan kereta api. Perkebunan jati ini memang dikelola dan diperuntukkan sebagai bahan bakar lokomotif uap.

Saat operasional, lokomotif uap tersambung dengan gerbong kecil (gerobak) yang berisi tumpukan kayu jari. Setiap beberapa jam sekali ada petugas khusus yang memasukkan kayu jati ke tungku pembakaran lokomotif. Pekerjaan ini dilakukan saat lokomotif uap sedang berjalan ataupun berhenti.

Sebaliknya, bahan bakar lokomotif diesel menggunakan solar. Adanya peremajaan lokomotif turut mempengaruhi kecepatan. Jarak tempuh lokomotif uap mencapai 35 km/jam, sedangkan lokomotif diesel mampu melaju dengan kecepatan diatas 60 km/jam. Perbedaan kecepatan yang signifikan.

Sedangkan nama-nama kapal fery yang menyeberangi Selat Madura saat itu mengacu pada nama kabupaten atau tokoh sejarah di Pulau Garam. Sebut saja kapal fery Pamekasan, kapal fery Bangkalan, kapal fery Maduratna, Paramarta, serta Yudanegara.

Awalnya kereta api di Madura hanya mengangkut garam sebagai komoditi utama dari Kalianget hingga Kamal maupun sebaliknya. Kemudian melayani angkutan hewan, khususnya sapi, dan barang. Paramarta dan Yudanegara adalah dua kapal fery yang dikhususkan mengangkut hewan sapi yang akan diseberangkan ke Surabaya untuk dijual. Sedang tiga kapal fery lainnya hanya mengangkut penumpang dan barang.

Meniti Jejak dan Peninggalan Kereta Api Madura (Part-2)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.