Wahyudi (42) misalnya. Pria asal Palembang ini harus menerima kenyataan pahit sejak dini. Rumah dinas bekas puskesmas itulah yang ia tempati. Meski hanya atap rumah yang runtuh, namun semua barang yang ada dalam rumah nyaris tidak bisa diselamatkan.
“Belum genap seminggu saya menghuni rumah ini bersama istri dan dua anak. Sejumlah perabotan telah saya beli untuk mengisi kekosongan rumah setelah ditinggal penghuni sebelumnya. Kepindahan sekolah anak juga telah saya urus,” ungkap pria yang bertugas sebagai staf operasional PT. ASDP Surabaya.
Lain lagi cerita Gunawan. Pria 52 tahun asal Cianjur ini telah delapan tahun menempati rumah dinas juga bersama istri dan dua anak. Sehari-hari ia berdinas sebagai awak kapal ferry KMP Tongkol yang melayani penyeberangan Selat Madura dengan pangkat Mualim II.
“Hanya sepeda motor dan televisi yang bisa ia selamatkan, selebihnya hangus dilalap api. Mau apa lagi, ini musibah yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Saya hanya bisa bersabar sambil menunggu kabar dari kantor,” ujarnya.
Kesedihan Gunawan sedikit terbalut oleh keramahan dan kesantunannya menerima tamu yang datang guna ikut berempati. Sikap serupa juga ia tunjukkan saat menjawab pertanyaan dari mereka yang ingin mengetahui kronologis terjadinya kebakaran.
Satu lagi …
DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI
