Pencak Silat Tradisional Giliyang Yang Lestari, Budaya Lokal Pulau Kesehatan Sumenep

Avatar of PortalMadura.com
Pencak Silat Tradisional Giliyang Yang Lestari, Budaya Lokal Pulau Kesehatan Sumenep
kiri, Ahyak Ulumuddin dan dua wanita pemain pencak silat tradisional di Giliyang, Sumenep (Foto. Syaiful Anwar)

Video Pencak (mancak) silat tradisional

PortalMadura.Com, di Pulau , Kecamatan Dongkek, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur masih lestari di tengah kesibukan masyarakatnya yang mayoritas sebagai nelayan.

Setidaknya ada lima padepokan perguruan pencak silat tradisional (warga setempat menyebut Mancak Silat) di pulau yang menyandang lebel pulau kesehatan dengan kadar oksigen 21,5 persen. Jumlah itu lebih tinggi dari kadar rata-rata 20 persen. Pulau ini memiliki luas 9,15 km persegi.

Salah seorang pembina paguyuban padepokan pencak silat Giliyang, Sumenep, Ahyak Ulumuddin menyebutkan, ada lima perguruan pencak silat tradisional yang aktif. Setiap padepokan ada pelatih dan susunan pengurusnya. Semuanya asli warga Pulau Giliyang.

“Ada Kuda Panole, Cimandi Garuda Hitam, Anoman Sapok Angin, Pamacan Siliwangi, yang satunya tanpa nama,” kata Kiageng Ropet, nama julukan Ahyak Ulumuddin, Rabu (11/3/2020).

Saat ini, kata dia, sudah terbentuk paguyuban (perkumpulan) padepokan Pencak Saramaan Pulau Giliyang. Semua padepokan tergabung dan mengadakan pertunjukan bersama. “Tadi malam sudah ditetapkan, pertunjukan bersama itu setiap Jumat malam (malam Sabtu),” jelasnya.

Ia menjelaskan, pada tahun 70-an pencak silat tradisional dari berbagai padepokan sangat digemari dan viral di pulau Giliyang. Saat ini, dari berbagai usia juga masih aktif mengikuti latihan dan pertunjukan yang digelar di Pulau Giliyang.

Sejak digaungkan Visit Sumenep, keberadaan pencak silat tradisional khas Pulau Giliyang tersebut sudah siap menyambut wisatawan yang datang ke Pulau Giliyang (pulau kesehatan).

“Kita siap menyajikan pencak silat tradisional ini. Selain memiliki ciri khas tersendiri, pencak silat memiliki korelasi dengan wisata kesehatan di pulau kami,” tandasnya.

Sumber lain menjelaskan, pencak silat tradisional merupakan budaya seni olahraga yang berkembang di Asia Tenggara, yakni dari negara Indonesia, Brunei Darusalam, Singapura, Filipina, Thailand. Setiap negara tumbuh dan berkembang sesuai dengan budaya daerahnya masing-masing.

Pencak memiliki arti gerak dasar bela diri dan terikat dengan peraturan. Sedangkan Silat berarti gerak beladiri sempurna yang bersumber dari kerohanian.

Pencak ini lebih mengutamakan unsur seni dalam penampilan keindahan gerakan, sementara silat adalah inti dari ajaran bela diri dalam pertarungan.

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia disebutkan, pengertian pencak silat adalah sebagai permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan keahlian menangkis, menyerang serta membela diri menggunakan ataupun tanpa senjata.

Versi pengurus besar ikatan pencak silat Indonesia, pengertian pencak silat yakni hasil budaya manusia Indonesia untuk membela, lalu mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) serta integritasnya (manunggal) untuk lingkungan hidup sekitarnya guna mencapai keselarasan hidup dalam meningkatkan iman dan taqwa terhadap Tuhan YME.

Dibutuhkan Wisatawan

Keberadaan pencak silat tradisional yang masih terjaga disambut positif oleh Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Sumenep. Seni olahraga yang jarang ditemukan di kota dinilai dapat menjadi magnet bagi wisatawan.

“Pencak silat tradisional itu wajib dilestarikan karena menjadi daya tarik yang luar biasa, teruma bagi wisatawan yang bermalam di Pulau Giliyang,” kata ketua Asidewi Sumenep, Syaiful Anwar, pada PortalMadura.Com.

Hampir setiap malam, padepokan pencak silat tradisional di Pulau Giliyang mengadakan latihan. “Wisatawan yang bermalam di penginapan milik pemerintah maupun di rumah warga bisa menikmati, agar mereka tidak suntuk,” katanya.

“Ini peluang bagus. Sebentar lagi kan sudah ada dermaga yang akan di bangun, maka peluang kunjungan wisata akan meningkat. Pencak silat itu memang perlu terus dilestarikan dan dijaga,” tandasnya.

Kepala Disparbudpora Sumenep, Bambang Iriyanto mengapresiasi dengan pencak silat tradisional yang masih terjaga dengan baik. “Pencak silat tradisional memang perlu dijaga kelestariannya karena bagian dari potensi budaya yang memiliki makna dan arti tersendiri bagi kehidupan,” katanya.

Pemerintah daerah, kata dia, sudah memberi ruang untuk pertunjukan pencak silat tradisional. Berbagai event selalu dilibatkan agar tidak punah. “Itu potensi yang luar biasa, khususnya wisata Pulau Giliyang,” tandasnya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.