Sobat Muslim, Ini Cara Nabi untuk Melepas Kepergian Ramadan

Avatar of PortalMadura.com
Ramadan
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Ramadan merupakan bulan yang begitu Allah SWT muliakan kesuciannya. Di bulan yang dinanti-nanti oleh umat muslim ini pastinya orang-orang sangat bersyukur bisa bertemu dengan Ramadan kali ini.

Pastinya ketika bulan Ramadan hendak berakhir umat muslim pun sedih dan akan begitu merindukan kembali dengan Ramadan.

Kemuliaan Ramadan, Nabi SAW selalu menyambut kedatangannya dengan meningkatkan kualitas kebaikan yang selama ini beliau langgengkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Dan ketika Ramadan hendak pergi, beliau pun tidak mengurangi intensitas kebaikan yang beliau lakukan. Akan tetapi beliau malah terus meningkatkan intensitas penghambaannya kepada Allah SWT.

Hal ini terdeskripsikan dari banyaknya hadis-hadis yang menjelaskan bagaimana Nabi SAW meningkatkan ibadahnya ketika memasuki fase-fase akhir dari bulan Ramadan. Bahkan, Sayidah Aisyah ra, sampai mengumpamakan semangat Nabi SAW meningkatkan kualitas ibadahnya, dengan ungkapan bahwa Beliau “mengencangkan sarungnya” (syadda mi’zarahu) ketika akhir bulan Ramadan tiba.

Ungkapan “mengencangkan sarung” sejatinya sebagai sebuah gambaran, bahwasanya Nabi SAW meningkatkan penghambaannya kepada Allah SWT, baik secara kualitas, ataupun secara kuantitas. Lebih dari itu, beliau tidak hanya meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya sendiri, akan tetapi beliau juga mengajak keluarganya untuk turut melepas kepergian Ramadan, dengan kualitas serta kuantitas ibadah yang lebih baik lagi dibandingkan ketika Ramadan baru tiba menyapa mereka.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Sayidah Aisyah bahwasannya “Rasulullah SAW jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, beliau mengencangkan sarungnya, dan menghidupkan malamnya, serta membangunkan keluarganya (istri-istrinya).” (HR. Bukhari).

Lebih dari itu, ketika Ramadan telah memasuki hari-hari akhirnya, Nabi SAW melaksanakan ibadah itikaf, agar umatnya dapat mengikuti apa yang Nabi saw teladankan.

Sebagaimana diriwayatkan oleh sayyidah Aisyah ra,

“Sesungguhnya Rasulullah SAW senantiasa beriktikaf ketika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, hingga beliau diwafatkan oleh Allah SWT, kemudian para istrinya terus mendawamkan iktikaf tersebut setelah beliau tiada” (HR. Muslim).

Karena iktikaf, selain sebagai sebuah ibadah yang disyariatkan oleh Allah SWT melalui Nabi SAW, juga memiliki fungsi sebagai ruang meditasi seorang hamba, untuk merenungi kebaikan-kebaikan Tuhan yang telah dikaruniakan kepadanya, serta kekurangan-kekurangannya dalam memanifestasikan rasa syukur atas segala karunia Tuhan yang telah ia rasakan.

Sehingga, melalui serangkaian ibadah yang ditingkatkan dalam hari-hari terakhir Ramadan, baik berupa salat malam, bersedakah, ataupun itikaf, serta ibadah-ibadah lainnya, ketika Ramadan berlalu, ia bisa mencapai pada tujuannya, yaitu membentuk manusia-manusia bertakwa, yang tidak hanya patuh kepada Tuhan sang pencipta, tapi juga sayang kepada seluruh ciptaannya.

Nah,itulah cara Nabi Muhammad SAW melepas kepergian Ramadan. Semoga kita dapat mencontohnya dan semoga kitaakan bertemu lagi di Ramadan Tahun depan, Amin. Semoga bermanfaat, Wallahu a’lam.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.