Tawadhu Salah Satu Kunci Kemuliaan

Avatar of PortalMadura.com
Tawadhu Salah Satu Kunci Kemuliaan
ilustrasi

PortalMadura.Com – Manusia merupakan salah satu makhluk termulia jika dilihat secara fisik. Akan tetapi, tersebut tidak serta-merta menjadikannya mulia di sisi Allah. Pasalnya, Allah SWT memuliakan umat-Nya tidak melihat pada fisik, jabatan, atau atribut duniawi yang melekatinya. Namun, Allah menilai manusia berdasarkan iman dan amal saleh.

Salah satu amal saleh yang menjadi sumber kemuliaan manusia adalah . Allah memerintahkan Nabi dan seluruh umatnya agar memiliki sifat ini. Sebagaimana firman Allah: “Dan berendah dirilah (tawadhu) kamu terhadap orang-orang yang beriman” (QS al-Hijr: 88).

Perlu umat Islam ketahui, bahwa Allah memerintahkannya karena tawadhu adalah faktor penting di balik lahirnya akhlakul karimah. Sopan santun, menghormati, mengasihi sesama, dan sederet sifat-sifat mulia lainnya adalah buah dari sifat tawadhu.

Lantas, apa tawadhu itu?. Menurut Hasan al-Bashri berkata: “tawadhu itu adalah engkau keluar dari rumahmu dan tidak engkau jumpai seorang Muslim kecuali engkau melihatnya ia memiliki keutamaan yang tidak engkau miliki” (Al-Ihya, 3/342).

Selain itu, termasuk dalam makna tawadhu, yaitu menerima kebenaran dari mana pun datangnya kebenaran itu. Fudhail bin Iyadh pernah ditanya tentang tawadhu, lalu ia menjawab: “tawadhu itu adalah seorang tunduk kepada kebenaran, patuh dan menerimanya meski kebenaran itu datang dari anak kecil atau orang yang bodoh” (Madarijussalikin, 2/329).

Saat seseorang mampu menghadirkan tawadhu dalam dirinya, beragam kemaslahatan akan didapatkannya. Sebab, ketawadhuan bukanlah sesuatu yang hanya mengendap dalam hati. Ia akan memancar dalam sikap, tingkah laku, dan tutur kata.

Maka dari itu, sifat tawadhu sejatinya merupakan kebutuhan mendasar dan mendesak setiap orang beriman. Pejabat atau rakyat biasa sangat membutuhkannya. Betapa indahnya kehidupan bermasyarakat jika pemimpin dan rakyatnya menghiasi diri dengan sifat tawadhu.

Itulah salah satu kunci sukses Rasulullah dalam memimpin umat. Beliau memimpin dengan penuh ketawadhuan. Meski berstatus pemimpin besar, utusan Allah yang mulia ini, sifat sombong tidak punya tempat bertakhta di dalam kalbunya. Sifat tawadhu menjadi perisai yang amat tangguh untuk menangkis sifat sombong.

Walhasil, kesederhanaan dan kebersahajaan tetap setia menyertai hari-hari Rasulullah hingga akhir hayat. Rasulullah pun menjadi panutan dan sosok yang begitu dicintai sahabatnya dan orang beriman.

Untuk itu, merendahkan diri dalam konteks tawadhu karena Allah bukanlah kehinaan. Justru, sikap seperti itulah yang akan menempatkan Anda pada maqam (kedudukan dan tempat) yang mulia, tentunya jika tawadhu itu karena Allah, bukan pencitraan. Wallahu A'lam. (republika.co.id/Salimah)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.