Hasil Studi : 2050 Berhubungan Seks dengan Robot Akan Jadi Kebutuhan

Avatar of PortalMadura.Com
Hasil Studi : 2050 Berhubungan Seks dengan Robot Akan Jadi Kebutuhan
ilustrasi

PortalMadura.Com – Hasil penelitian futurolog Ian Pearson yang diterbitkan dalam kerja sama dengan Bondara, sebuah jaringan toko alat bantu seksual terkemuka di Inggris, disebutkan, bahwa berhubungan seks dengan akan menjadi praktik yang lumrah pada 2050.

Bahkan bisa mengalahkan hubungan seks antar manausia. Dalam laporan bertajuk “The Future of Sex Report” itu, Pearson mengatakan, pada 2030 praktik seks virtual akan jadi kebiasaan.

Pada 2035, ia meramalkan, seiring meningkatnya seks virtual yang memanfaatkan teknologi realitas maya, maka manusia akan semakin terbiasa menggunakan alat bantu seksual dalam menikmati hubungan seks virtual.

“Faktanya, pada 2025, kelompok masyarakat kaya akan mulai menggunakan robot seks, dan pada 2050 praktik itu akan sudah jadi lumrah di tengah masyarakat,” tulis Pearson.

Tantangan Etis dan Moral

Pada November mendatang Levy bersama Professor Adrian Cheok, pakar komputer dari City University London, akan berbicara di konggres internasional kedua tentang “Love and Sex and Robot” di Malaysia.

Dalam seminar itu para ilmuwan dari seluruh dunia akan berkumpul untuk membahas faktor-faktor hukum, etis, dan moral terkait praktik hubungan seks dengan robot.

Secara moral gagasan berhubungan seks dengan robot memang mendapat tantangan secara etis dan moral, karena dinilai akan menciptakan masalah sosial lain di masyarakat. Salah satu yang keberatan dengan gagasan ini adalah Kathlee Richardson, ilmuwan dari De Monfort University, Inggris.

Baru-baru ini Richardson menggalan kampanye menolak berhubungan seks dengan robot (Campaign Against Sex Robot) bersama rekan ilmuwan, Erik Billing.

“Kami tidak melarang robot seks, tetapi kami memberikan informasi pada masyarakat tentang apakah berhubungan seks dengan robot dibenarkan? Kami meminta mereka mendengarkan suara hati dan apakah mereka mau mendukung gagasan itu,” kata Richardson.

“Banyak yang berpikir bahwa karena ini adalah robot pelacur, maka perempuan dan anak-anak tak akan lagi menjadi korban. Tetapi bukan itu yang akan terjadi, karena gagasan utama dari hal ini adalah: tidak dibenarkan untuk mereduksi manusia menjadi benda dan ini hanya akan menambahkan kerumitan dan distorsi dalam sebuah hubungan,” beber dia.

Ia juga mengatakan bahwa robot seks akan merusak kapasitas manusia untuk merasakan empati.

“Seks harus menjadi sebuah hubungan relasional. Anda butuh seorang manusia. Jika hubungannya tak relasional, itu namanya masturbasi,” tegas dia. (The Telegraph/News.com.au/suara.com)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.