Moms, Ini Cara Berargumentasi Sehat dengan Anak Remaja

Avatar of PortalMadura.Com
Moms, Ini Cara Berargumentasi Sehat dengan Anak Remaja
ilustrasi

PortalMadura.Com – Memiliki anak yang sudah menginjak usia remaja merupakan fase menantang bagi orangtua. Pasalnya, masa pubertas cenderung membuat anak lebih emosional dan orangtua akan banyak terlibat argumen dengan mereka.

Selain itu, pada usia remaja keingintahuan anak sangat tinggi. Bahkan, seringkali argumen yang mereka lontarkan juga bisa menyakiti hati orangtua dan tidak jarang membuat orangtua kehabisan cara untuk menghadapinya.

Menurut psikolog remaja, Elizabeth Santosa, memang menjadi emosi atau terbawa perasaan adalah suatu yang normal dan tidak bisa dikontrol pada anak remaja. Karenanya, ketika berargumen dengan anak yang sudah beranjak remaja boleh saja mengekspresikan emosi.

“Jangan terlalu mengontrol emosi agar anak juga melihat kalau kita ekspresif sehingga mereka juga bisa ekspresif,” ujarnya.

Kendati demikian, Elizabeth melanjutkan, jika setiap argumen dengan anak hanya berakhir dengan saling memahami emosi masing-masing,  itu tidak menyelesaikan masalah. Argumen pasti akan terus terjadi lagi ketika emosi sudah sama-sama mereda di waktu lain dan tidak pernah mencapai titik temu.

Misalnya, ketika anak berargumen harus memiliki A, namun orangtua menginginkan B. Karena tidak ingin kalah dengan argumentasi anak, lalu orangtua mengeluarkan kata otoriter “pokoknya”. Itu artinya Anda sudah kalah.

“Kalau orangtua mau dihargai, lawan dengan logika. Tantang terus argumentasi anak dengan pertanyaan logika hingga akhirnya dia “skakmat”. Walaupun ada rasa marah tapi mereka tetap masih terima,” ungkapnya.

Perlahan-lahan seiring waktu, akhirnya anak Anda bisa sepenuhnya menerima. Karena, pelan-pelan informasi masuk ke kepalanya. Akan tetapi, selama anak Anda belum merasa puas dan logis, maka dia akan terus mencari cara sampai ada solusi logis.

Elizabeth menambahkan, mengasuh anak zaman sekarang tidak bisa hanya mengandalkan komunikasi saja. Karena, sekarang orangtua juga harus pintar karena anak-anak lebih banyak mengandalkan Google dan Wikipedia.

Oleh karena itu, jangan sampai Anda sebagai sosok pemimpin bagi anak dan panutan tapi tidak memiliki pengetahuan. (viva.co.id/Salimah)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.