5 Aturan Berdebat dalam Islam, Apa Saja?

Avatar of PortalMadura.com
5 Aturan Berdebat dalam Islam, Apa Saja?
ilustrasi

PortalMadura.Com – Sawala atau yang dikenal dengan sebutan debat merupakan suatu kegitan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok dalam mendiskusikan serta memutuskan masalah dan perbedaan yang timbul. Dalam Islam debat disebut jadal atau jidal.

Perlu umat Muslim ketahui, bahwa debat dalam Islam diperbolehkan apabila hal tersebut diperlukan. Debat dapat menjadi salah satu metode dakwah dalam Islam, namun seorang mukmin harus memahami jika perdebatan merupakan jalan terakhir yang bisa ditempuh dalam berdakwah, perdebatan bukan dilakukan untuk mengawali dakwah.

Sebagaimana firman Allah SWT: “Serulah(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An Nahl: 25).

Akan tetapi, dalam diperbolehkannya debat atau diskusi, Allah SWT dan Rasul-Nya telah menentukan aturan-aturan untuk membatasi perdebatan. Apalagi, sebagai mukmin yang baik, sudah seharusnya Anda menjaga akhlak dalam segala perbuatan, termasuk saat sedang melakukan debat.

Baca Juga: Lima Pemain Dipanggil Timnas Indonesia

Berikut lima aturan atau tatanan debat dalam Islam yang ditujukan untuk menjaga akhlak Anda agar tetap baik:

Perhatikan Topik yang Diperdebatkan
Dalam berdebat atau berdiskusi ada hal-hal yang tidak boleh dibahas. Anda hanya boleh membahas hal-hal yang diperbolehkan oleh Allah untuk diperdebatkan dan didiskusikan, dan menjauhi perkara yang dilarang untuk diperdebatkan, misalnya berdebat tentang perkara Allah SWT dan ayat-ayat-Nya.

Allah SWT berfirman: “Dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia lah Tuhan Yang Maha Keras siksa-Nya” (QS. Ar-Ra’du: 13).

Mengingkari kemungkaran dan menyampaikan kebenaran memang merupakan kewajiban seorang muslim. Dalam masalah agama, apabila penjelasan mengenai kebenaran tersebut diterima, maka kehendakilah untuk melanjutkannya. Namun jika ditolak, maka hendaklah segera tinggalkan perdebatan tersebut. Untuk urusan dunia tidak ada alasan untuk berdebat karena itu dimurkai oleh Allah SWT.

Seperti sabda Rasulullah: “Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah ialah orang yang selalu berdebat” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berdebat yang dimaksud oleh hadis di atas adalah tidak boleh berdebat dengan cara yang batil atau tanpa ilmu.

Debat dengan Cara yang Baik (Ahsan)
Maksudnya adalah debat harus dilakukan dengan cara yang baik dan berpedoman pada Alquran dan Hadis, sebagaimana fungsi Alquran bagi umat manusia yaitu sebagai petunjuk. Ketika berdebat bukan hanya berfokus pada inti masalah, tapi juga harus menggunakan akal yang rasional, bukan prasangka buruk semata.

Sebagaimana yang terdapat dalam hadits berikut: “Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Rasulullah” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Debat Dilakukan pada Hasil Ide yang Diperdebatkan
Debat dilakukan untuk menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang batil, kemudian memberikan argumentasi bantahan yang benar dan akurat serta harus berdasarkan pada kajian hingga sampai pada suatu kebenaran.

Di antara cara berdebat yang diajarkan dalam Alquran adalah teladan dari Nabi Ibrahim: “Apakah kamu tidak memerhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan, ” orang itu menjawab “Saya dapat menghidupkan dan mematikan,” lalu Ibrahim kembali berkata “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dari barat,” lalu orang itu terdiam” (QS. Al-Baqarah: 258).

Tidak Melakukan Debat Semata-mata untuk Kesenangan
Debat menjadi salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan kebenaran dalam Islam. Namun, bukan berarti bisa setiap saat mendebat orang tanpa alasan yang kuat. Orang yang suka menjatuhkan dirinya dalam perdebatan dengan tujuan hanya ingin mendapati dirinya menang, maka hilanglah keberkahan ilmunya.

Dilarang Menggunakan Perkataan Buruk dan Keji
Saat berdebat, perlu diingat bahwa Anda hanya berargumen untuk ide yang disampaikan, bukan orang yang menyampaikannya. Jadi, Anda tidak boleh menggunakan kata-kata kasar yang tidak mencerminkan akhlak terpuji dalam Islam.

Anda dilarang mencela, berikut dalilnya: “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji” (HR. Tirmidzi).

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.