5 Cara Pelihara Ilmu untuk Capai Kebahagiaan Dunia Akhirat

Avatar of PortalMadura.com
5 Cara Pelihara Ilmu untuk Capai Kebahagiaan Dunia Akhirat
ilustrasi

PortalMadura.Com – Pada dasarnya, ilmu pengetahuan memang sangat menentukan kesuksesan dan kebahagiaan seseorang. Dengan ilmu, harkat dan martabat seseorang bisa terangkat.

Sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS al-Mujadilah : 11).

Selain itu, dengan ilmu pula seseorang mudah melakukan perubahan hidupnya ke arah yang lebih baik. Rasulullah pun menegaskan bahwa ilmu menjadi syarat utama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Hanya saja, tidak semua orang yang telah memperoleh ilmu mampu memeliharanya. Akibatnya, mereka termasuk kepada kelompok orang-orang yang lupa (ghafilun). Lupa yang dimaksud bisa dalam dua hal. Pertama, lupa dalam bentuk ingatan sehingga apa yang telah mereka ketahui dan pelajari tidak mampu dikemukakan.

Lupa jenis kedua adalah dalam bentuk perilaku, yaitu tidak sesuai antara apa yang mereka ketahui dengan yang dilakukan. Kedua bentuk lupa tersebut diakibatkan oleh tidak terpeliharanya ilmu sehingga ilmunya tidak memperoleh keberkahan. Karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya agar ilmu itu tetap terpelihara dan menjadi sikap batin yang memengaruhi perbuatan seseorang.

Baca Juga: Subhanallah, Ini Keutamaan Orang Berilmu Menurut Alquran dan Hadis

Rasulullah mengemukakan, bahwa ada lima kiat agar ilmu tetap terpelihara. Seperti berikut ini:

Pertama, salat malam walau hanya dua rakaat. Udara di malam hari sangat segar dan baik untuk kesehatan. Ketika seseorang sujud di waktu tahajud, maka darah yang mengandung oksigen dari udara yang segar itu akan mengalir ke sel-sel syaraf otak. Hal ini akan berdampak positif terhadap kecerdasan otak itu sendiri. Kalbu pun memperoleh ketenangan dan terhindar dari penyakit-penyakit hati.

Kedua, senantiasa dalam keadaan berwudu (dawamul wudu’). Setiap kali wudu batal, maka segera memperbaharuinya. Intinya, mereka selalu memelihara kesucian dirinya, baik secara lahiriah maupun batiniah. Imam Syafii berkata: “Aku mengeluh kepada guruku (Imam Waqi) akan jeleknya hafalanku, maka guruku menasihati untuk meninggalkan maksiat. Karena sesungguhnya, ilmu itu adalah cahaya Allah dan cahaya itu tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat”.

Ketiga, senantiasa bertakwa, baik dalam keadaan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi (at-taqwa fissirri wal ‘alaniyah). Takwa berarti tidak bermaksiat sehingga menutup hidayah Allah.

Keempat, memakan makanan yang bernilai takwa, bukan memenuhi keinginan syahwat (an ya’kula littaqwa la lisysyahawat). Makanan yang bernilai takwa adalah makanan yang halal lagi baik (halalan tayyiban).

Imam al-Ghazali mengatakan: “Sesuap makanan yang haram dikonsumsi seseorang akan menjadi darah yang mengalir ke otaknya sehingga otaknya cenderung berpikir pada hal-hal yang diharamkan. Akibatnya, ilmu yang merupakan cahaya Allah (nur Allah) akan terhijab karena haramnya makanan tersebut. Sebaliknya, jika makanan itu tidak bergizi, maka daya tahan tubuhnya akan mudah terserang penyakit”.

Kelima, bersiwak untuk menjaga kebersihan mulut. Siwak ini tidak hanya sebatas pengertian fisik membersihkan gigi, tetapi juga menjaga kebersihan lidah untuk selalu berkata jujur, tidak bohong, dan tidak berkata kotor.

Dengan kelima cara tersebut di atas, insya Allah, ilmu yang ada akan terpelihara dengan baik. Wallahu A’lam.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.