Ahmad Dhani Gali Aspirasi di Surabaya, Kritik Tumpang Tindih Pembinaan Olahraga Nasional

Avatar of PortalMadura.com
Ahmad Dhani Gali Aspirasi di Surabaya, Kritik Tumpang Tindih Pembinaan Olahraga Nasional
Ahmad Dhani Gali Aspirasi di Surabaya, Kritik Tumpang Tindih Pembinaan Olahraga Nasional

PortalMadura.com-Senator Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Ahmad Dhani menggelar diskusi dengan Pengurus Harian Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur untuk menggali aspirasi terkait sistem keolahragaan nasional. Kegiatan ini digelar di kantor PWI Jatim, Surabaya, Senin (11/8/2025) sore, sebagai bagian dari masa reses anggota DPR RI.

Sebagai anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, kebudayaan, dan olahraga, Dhani menyatakan tengah membentuk tim khusus untuk mengkaji ulang sistem pembinaan olahraga prestasi di Indonesia. Hasil kajian tersebut diharapkan bisa menjadi masukan strategis bagi pemerintah.

“Saya tengah membentuk sebuah tim yang akan mengkaji tentang pembinaan olahraga nasional. Hasil dari tim Ahmad Dhani ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dalam melakukan pembinaan,” ujar Dhani.

Ia menegaskan bahwa timnya akan mendalami seluruh masukan dari para praktisi dan pegiat olahraga, termasuk hasil diskusi dengan PWI Jatim. “Tentu saja, saya berharap ada perbaikan dalam sistem keolahragaan nasional agar anggaran yang dikeluarkan pemerintah bisa lebih efektif dan berdampak nyata,” tambahnya.

Dalam diskusi yang dipimpin langsung oleh Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim, muncul sejumlah kritik terhadap struktur pembinaan olahraga saat ini. Salah satu sorotan utama adalah tumpang tindih kewenangan antarlembaga penyelenggara event olahraga prestasi.

“Event olahraga prestasi saja, terlalu banyak yang menangani. Mulai dari Pekan Olahraga Nasional (PON), Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas), Porseni, hingga Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren (Pospenas),” ucap Lutfil Hakim.

Menurutnya, banyaknya penyelenggara menyebabkan pembinaan atlet menjadi tidak fokus dan terfragmentasi. Belum lagi, biaya penyelenggaraan yang sangat besar karena melibatkan seluruh wilayah Indonesia.

“Padahal nilainya sangat besar. Ratusan miliar hingga triliunan rupiah. Anggaran ini bisa dimaksimalkan jika tidak banyak institusi yang tumpang tindih dalam menangani pembinaan olahraga,” tegas Lutfil.

Dhani menyambut baik masukan tersebut dan berjanji akan membawa isu ini ke ranah kebijakan nasional. Ia menilai, reformasi sistem pembinaan olahraga sangat mendesak untuk meningkatkan prestasi atlet Indonesia di kancah internasional.

Diskusi ini menjadi bagian dari komitmen Dhani dalam memanfaatkan masa reses untuk mendengar langsung suara dari lapangan, khususnya dari kalangan jurnalis yang intens meliput dunia olahraga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses