Begini Cara Bertaubat dari Dosa Gibah

Avatar of PortalMadura.com
Begini-Cara-Bertaubat-dari-Dosa-Gibah
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Hampir setiap orang pernah berbuat salah, termasuk juga maksiat yang dilakukan. Di antara beragam perbuatan dosa itu, salah satunya yaitu atau dosa yang berkaitan dengan hak Allah.

Pelakunya, dituntut untuk menyesali perbuatan tersebut, istighfar dan bertaubat kepada Allah SWT agar tidak mengulanginya kembali. Selain itu, untuk menggugurkan dosa ini, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya taubatnya menjadi sempurna dan diterima.

Cara Bertaubat dari Dosa Gibah

Sebagaimana ulama berpendapat, jika maksiat yang diperbuat tidak ada kaitannya dengan hak-hak orang lain, maka ada tiga syarat yang harus dilakukan ketika bertaubat, antara lain; segera berhenti melakukanya, menyesali perbuatanya dan terakhir bertekat untuk tidak melakukanya kembali.

Seperti dilansir Okezone.com yang dikutip dari website Pondok Pesantren Lirboyo, kalau maksiat yang dilakukan ada hubungannya dengan hak-hak orang lain, maka selain tiga syarat di atas, ada satu syarat tambahan, yaitu mengembalikan hak pada pemiliknya atau meminta maaf kepadanya.

Misalnya, tobatnya seorang maling bisa sah kalau seandainya sudah mengembalikan barang curiannya atau meminta halal pada pemiliknya. Maksudnya, denggan mengembalikan barang curiannya, maka tobatnya sudah sah.

Baca Juga : Umat Muslim, Waspada Pada 5 Hal Pemicu Ghibah Menurut Islam

Sama halnya dengan dosanya seorang maling, dosa orang yang suka gibah (gosip) juga berkaitan dengan hak-hak orang lain. Oleh karena itu, orang yang menggibah wajib meminta maaf kepada orang yang digibahnya.

Lalu yang menjadi permasalahanya adalah, apakah cukup meminta maaf dengan ungkapan umum seperti, ”Aku sudah gibahin kamu kemarin, aku minta maaf ya”. Atau kita memang harus menjelaskan apa yang jadi bahan gibahnya?.

Dalam hal ini ada dua pendapat yang disampaikan oleh ulama mazhab Syafi'i : Pertama, Anda harus menjelaskan secara spesifik bentuk gibahnya. Kedua, Anda tidak perlu menjelaskannya.

Ada hikmah yang bisa dipetik dari permintaan maaf untuk seseorang yang digibahi. Hal ini tidak lain sebagai bentuk tebusan untuk menutup kezaliman yang telah dilakukan kepada orang yang digibahi. Jadi Anda tidak perlu mengabarkan atau menjelaskan gibahnya untuk meminta kehalalan kepada orang yang digibahi.

Sedangkan Menurut Imam Nawawi, pendapat yang pertama lebih kuat, sebab kadang orang bisa memaklumi satu gosip tertentu tantang dirinya tapi tidak dengan gosip yang lain.

Lantas, bagaimana jika orang yang Anda gibah telah meninggal dunia, sedang merantau, atau apapun yang intinya tidak mungkin bisa lagi meminta maaf padanya?.

Maka jawabanya adalah Anda cuma bisa pasrah sambil memperbanyak kebaikan dan mendoakan kebaikan, serta memohonkan ampunan kepada Allah SWT untuk orang yang Anda gibah.

Demikian penjelasan mengenai . Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.