Keutamaan Memuliakan Tamu dalam Islam

Avatar of PortalMadura.com
Keutamaan Memuliakan Tamu dalam Islam
ilustrasi

PortalMadura.Com – Islam merupakan agama yang tidak hanya memerintahkan pemeluknya untuk rajin beribadah, namun juga mengajarkan tentang membangun hubungan baik, tidak saja dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia dan makhluk hidup lainnya.

Salah satu wujud dari membangun hubungan baik dengan sesama, yaitu dengan menghormati tetangga dan memuliakan tamu. Sebagaimana sabda Rasulullah: ”Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, muliakanlah tamunya” (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Dalam riwayat lain, terdapat tambahan kata: ”Penyambutan terbaik diberikan sehari semalam, sedangkan waktu penyambutan (penjamuan) adalah tiga hari. Penyambutan di luar itu adalah sedekah” (HR Bukhari dari Abi Syuraih).

Para pakar hadis, seperti Ibn Hajar al-Asqalani, Imam al-Nawawi, dan juga al-Manawi, sependapat bahwa menghormati tamu tergolong adab Islam, akhlak para nabi, dan tata krama orang-orang mulia. Para ahli hukum Islam, seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Abu Hanifah, memandang bahwa memuliakan tamu sebagai sunah, sementara al-Laits dan Imam Ahmad melihatnya sebagai wajib. Dilansir dari laman republika.co.id, Minggu (7/7/2019).

Baca Juga: Etika Pergaulan Rasulullah yang Harus Umat Islam Tiru

Perlu umat Islam ketahui, bahwa penghormatan terhadap tamu dalam tradisi Islam dapat dilakukan dengan cara menunjukkan wajah ceria dan semringah, bertutur kata dengan lemah lembut (thib al-kalam), menyediakan jamuan makan-minum dengan sebaik-baiknya, serta hangat dan menunjukkan rasa persahabatan yang tinggi. Penghormatan juga dilakukan dengan mengunjungi (al-ziyarah), memberikan kenang-kenangan, dan memenuhi apa yang menjadi keperluannya.

Menurut Ibn Taimiyah, penghormatan belum sah dilakukan manakala tuan rumah tidak sanggup memenuhi segala kebutuhan tamunya. Kendati demikian, seorang tamu dalam adab Islam tidak boleh arogan dan mesti tahu diri.

“Rasulullah melarang seorang Muslim bertamu ke rumah saudaranya kalau hal itu dapat memberatkannya, bahkan menjerumuskannya ke dalam dosa dan maksiat” (Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi).

Dalam Islam, perintah menghormati tamu bersifat terbuka. Umat Islam diperintahkan menyambut dan menghormati tamu tanpa harus membeda-bedakan, baik itu orang kaya atau miskin dan pejabat atau orang biasa. Penghormatan itu diberikan atas dasar keadilan dan kesetaraan (egalitarianisme) dalam semangat pergaulan antar manusia sejagat.

Inilah sesunguhnya makna firman Allah: ‘‘Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu” (QS Alhujurat : 13). Wallahu A’lam.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.