Lencak Palek Desa Berbeluk, Warisan Seni Budaya yang Dicari Saat Musim Pengantin

Avatar of PortalMadura.com

PortalMadura.Com, – Desa Berbeluk memang identik dengan . Usaha pembuatan tempat tidur yang ditularkan secara turun temurun ini masih bertahan di tengah kemajuan zaman. Pesona dan gaung lencak palek (tempat tidur) buatan salah satu desa di Kecamatan Arosbayaini bahkan telah menembus luar Madura.

Predikat Kota Raja pertama di masa Kerajaan Madura Barat yang melekat pada Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Madura, menjadikan daerah ini sebagai destinasi . Hal ini tak lepas dari keberadaan Makam Ki Demung Plakaran, Makam Agung, serta Makam Aer Mata.

Selain di wilayah ini pernah berdiri kerajaan kecil, jasad mereka yang bersemayam di tiga komplek makam tersebut pernah tercatat sebagai penguasa di kerajaan kecil yang kemudian jadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Madura Barat. Ketiga komplek makam tersebut selalu ramai didatangi peziarah dari berbagai penjuru kota.

Usai berziarah, tidak ada salahnya menyempatkan waktu singgah di Desa Berbeluk jika ingin melihat bentuk dan tampilan tempat tidur tradisional yang dinamakan lencak palek. Dari simpang tiga Pasar Bunten arahkan tujuan ke timur, dan langsung masuk wilayah Desa Berbeluk.

Simpang tiga Pasar Bunten memang jadi penanda perjalanan ke Desa Berbeluk. Jika perjalanan pulang dari ketiga komplek makam tadi, langsung saja belok kiri. Namun jika masuk dari traffic light Koramil Arosbaya, langsung ambil arah lurus.

Di sepanjang jalan Desa Berbeluk terlihat sejumlah toko mebel. Perabot yang dijual berupa lemari, meja hias, meja-kursi, dan tentu saja lencak palek yang siap menanti pembeli. Jika berminat namun kurang cocok dengan stok lencak palek yang ada, konsumen dapat memesan langsung sesuai bentuk serta ukiran yang diinginkan. Tentunya ditandai oleh kesepakatan harga.

“Tak berlebihan bila kesan anggun, eksotis, serta bernilai seni tinggi langsung timbul setelah melihat dari dekat. Lencak palek adalah bentuk warisan seni budaya yang masih bertahan hinggakini,” ujar Thoyyib Bakri (49), salah satu pengrajin lencak palek di Desa Berbeluk kepada PortalMadura.Com beberapa waktu lalu.

Dalam bahasa Indonesia, “lencak” berarti ranjang atau tempat tidur, sedang “palek” berarti memutar atau berputar. Bentuk ukiran yang dibuat melingkar tanpa putus pada empat tiang kayu penyangga (tonggak) itulah yang jadi alasan kuat dibalik nama tempat tidur tradisional ini.

“Awalnya ukiran lencak palek hanya ada di empat tiang kayu penyangga. Tapi saat ini ukiran hampir terlihat di setiap komponen pendukung. Ini yang membuat lencak palek lebih terlihat indah dan kental nuansa tradisional,” terang Thoyyib.

Ditambahkan Thoyyib, kekuatan lencak palek tak hanya dari pemilihan bahan dasar kayu. Ketepatan pengukuran jarak dan penyambungan keempat sisi yang ditopang empat tiang kayu penyangga harus siku serta simetris. Selebihnya tergantung pemeliharaan si pemilik.

Pria asli Desa Berbeluk ini membuka toko mebel yang tak hanya menjual lencak palek di Jalan Embah Agung, Dusun Pancer, Desa Berbeluk, Kecamatan Arosbaya. Profesi tersebut telah digelutinya lebih dari 20 tahun. Selain menerima pesanan, Thoyyib juga membuat lencak palek untuk dijual sendiri jika sewaktu-waktu ada yang membeli.

Hingga kini tak banyak warga Desa Berbeluk yang menggeluti usaha pembuatan lencak palek. Jumlahnya bahkan tak lebih dari sepuluh orang yang berstatus pengrajin. Meski demikian, ia sangat berharap lencak palek bisa bertahan dan menjadi identitas Desa Berbeluk lewat bantuan promosi dan pemasaran dari pemerintah daerah.

“Disini (Desa Berbeluk) memang banyak yang menjual lencak palek, namun hanya sebagai penjual. Kebanyakan membeli langsung dari pengrajin untuk dijual lagi. Tingkat lakunya tergolong lama,” ungkap Thoyyib.

Kayu Jati dan Akasia

Pemilihan kayu menjadi hal penting agar lencak palek yang dihasilkan sarat kualitas. Lencak palek umumnya dibuat dari kayu jati. Pilihan bahan kedua adalah kayu akasia. Jika dirawat dengan baik, kekuatan lencak palek dari kedua bahan tersebut bisa lebih dari 50 tahun.

Harga tergantung dari ukuran dan seberapa rumit tingkat pengerjaan motif ukiran. Jika menggunakan bahan kayu jati, harga yang dipatok kisaran Rp.7 juta hingga Rp.10 juta. Harga lencak palek berbahan kayu akasia lebih rendah, berada di kisaran Rp.5 juta hingga Rp.6,5 juta.

Ukuran dan Pembuatan

Lencak Palek Desa Berbeluk, Warisan Seni Budaya yang Dicari Saat Musim Pengantin
Aktifitas pembuatan lencak palek di toko mebel Thoyyib Bakri (Foto. Agus Hidayat)

Lencak palek buatan Desa Berbeluk umumnya dua ukuran. Hanya ukuran panjang tiang kayu penyangga yang membedakan, ada yang 2 meter dan 2,15 meter. Lebar sama-sama 1,5 meter, dan tingginya 2 meter.

“Lama pembuatan tergantung dari jumlah pekerja. Kalau dikerjakan satu orang bisa selesai sekitar sebulan. Kalau melibatkan empat sampai enam pekerja maksimal selesai dua seminggu. Itu pengalaman saya,” jelas Thoyyib.

Tahapan Pembuatan

Tak beda dengan pembuatan tempat tidur kayu pada umumnya. Dimulai dengan memasrah atau menghaluskan kayu sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan. Kemudian beralih ke tahap memahat dan mengukir kayu. Berikutnya tahap merangkai hingga menjadi tempat tidur.

Dua tahapan terakhir adalah menghaluskan semua bagian dengan ampelas. Setelah semuanya rata, tampilan lencak palek dipercantik dengan tiga kali polesan pelitur.

Ukiran Motif Bunga dan Burung

Lencak Palek Desa Berbeluk, Warisan Seni Budaya yang Dicari Saat Musim Pengantin
Motif ukiran bunga pada gunungan lencak palek (Foto. Agus Hidayat)

Mengukir menjadi tahap pengerjaan yang memakan waktu paling lama. Ukiran yang awalnya hanya pada empat tiang kayu penyangga kini menyebar ke hampir semua komponen pendukung. Motif ukiran umumnya berupa bunga dan burung.

Sebelum pekerja lokal Desa Berbeluk dan sekitarnya memiliki keahlian mengukir, para pengrajin harus mendatangkan pengukir kayu dari Sumenep, bahkan Jepara (Jawa Tengah). “Butuh kesabaran, ketelitian, serta sentuhan seni agar hasil ukiran memuaskan,” cetus Thoyyib.

Keunikan

Tiga ukiran berbentuk gunungan (bagian tengah) yang tersambung dengan empat tiang kayu penyangga kian menambah nilai seni dan eksotis tampilan lencak palek. Adanya empat ukiran kayu kecil yang tersambung pada ujung empat tiang kayu penyangga bagian atas seolah menyiratkan kalau dahulu yang menempati tempat tidur ini bukan dari golongan rakyat biasa.

Konon, jumlah potongan kayu sebagai penopang kasur atau springbed setidaknya ada tujuh. Jumlah itu berdasarkan hitungan tiga kata agar si pengguna lencak palek terhindar dari gangguan saat tidur, yaitu dlikah (hidup)- osongan (usungan atau keranda)- mayyet (mayat). Jika lebih dari tujuh, maka jatuhnya hitungan harus sampai ke dlikah.

Laku saat Musim Pengantin

Masa panen pengrajin dan penjual lencak palek biasanya terjadi pada musim pengantin (April hingga Agustus). Ada tradisi di masyarakat Bangkalan kalau calon pengantin pria harus membawa sejumlah perlengkapan rumah tangga saat melamar.

Sedangkan pihak wanita menyediakan kamar kosong, rumah kosong, atau rumah baru sebagai tempat tinggal keduanya setelah sah menjadi pasangan suami-istri. Selain lencak palek, perabotan lain yang turut mengisi kediaman pasangan pengantin adalah lemari, meja-kursi, meja hias, televisi, dan lainnya.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.